Mohon tunggu...
Kuncoro Maskuri
Kuncoro Maskuri Mohon Tunggu... Dosen - Doktor Linguistik Pragmatik

Pembelajar Bahasa/Linguistik, Sosial Budaya, Pendidikan, dan Keagamaan. (email: dibyomaskuri@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Taktik PDIP di Pilkada Serentak 2018 demi Pilpres 2019

2 Maret 2018   16:12 Diperbarui: 2 Maret 2018   16:46 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
regional.kompas.com

Pada saat itu Bibit Waluyo selaku petahana diusung oleh Demokrat,Golkar dan PAN (saat Pilgub Jateng2008 beliau diusung oleh PDIP), namun di Pilgub 2013 bercerai dengan PDIP  dan akhirnya kalah dengan pasangan yang diusung PDIP sendirian tanpa dukungan partai lain yaitu Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko.  

Di Pilgub Jateng 2013 itu , PDIP meraih suara 6.962.417 (48.82%) hampir 50%  dari total suara. Bisa kita bayangkan begitu besarnya jumlah suara pemilih setia PDIP meskipun tanpa dukungan partai politik lain, apalagi bila ditambah dengan jumlah suara pemilih dari parpol   pendukung di pemerintahan maupun parlemen saat ini (PKB,PPP,Golkar,Hanura dan Nasdem).  Jumlah suara pemilih yang begitu banyak ini menjadi modal awal bagi PDIP di Pilpres 2019, dengan kata lain suara pemilih di Provinsi Jawa Tengah sudah dijaga dan dirawat dengan baik oleh PDIP demi keberhasilan di Pilpres 2019. Khusus di Jawa Tengah, sepertinya sangat tidak mudah bagi parpol-parpol lain mengungguli perolehan suara PDIP di Pilgub Jateng 2018 ini maupun di Pilpres 2019 nanti bila tidak berkoalisi dengan PDIP baik di pemerintahan maupun di parlemen,

Situasi di Pilgub Jatim 2018 juga tidak kalah menarik. Jawa Timur biasa dianggap basis PKB/PPP yang sumber suara utamanya dari warga nahdiyin. Parpol manapun yang tidak berkoalisi dengan PKB/PPP kecil kemungkinan meraih suara yang maksimal, contohnya adalah PDIP sendiri yang di pilgub 2013 maju sendirian tanpa koalisi dengan PKB/PPP sebagai akibatnya jumlah suara yang diraih hanya 12,69%, kalah jauh dari PKB maupun PPP beserta parpol-parpol koalisinya. PKB yang berkoalisi dengan parpol kecil daerah di Pilgub 2013 meraih  jumlah suara terbanyak ke dua sebesar 37,62%. Dan PPP yang berkoalisi dengan Demokrat,PKS,PAN,Hanura,dan Gerindra meraih jumlah suara terbanyak yaitu sebesar 47.21%.  

Dalam Pilgub Jatim 2018 ini PDIP menerapkan taktik yang berbeda dengan Pilgub 2013 yang lalu, ini demi keberhasilan/kemenangan pada Pilpres 2019, yang mengusung lagi Bapak Ir.H.Joko Widodo sebagai Presiden periode 2019-2024. Kali ini PDIP berkoalisi dengan PKB ditambah Gerindra dan PKS mengusung Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Sukarno sebagai Cagub dan Cawagub.  Dengan dukungan suara pemilih dari   PKB maka jumlah perolehan suara PDIP untuk keberhasilan Pilpres 2019 akan meningkat pesat,  sekalipun tanpa dukungan suara pemilih dari Gerindra dan PKS. 

Jika pasangan Gus Ipul-Puti Guntur Sukarno menang maka itu adalah bonus politik. Demikian pula bila yang menang pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak ( diusung oleh Demokrat,Golkar,PPP,Nasdem,Hanura,PAN), PDIP tidak merisaukannya karena Golkar,PPP, Nasdem dan Hanura adalah parpol pendukung PDIP di pemerintahan maupun parlemen. PDIP meyakini bahwa suara pemilih dari parpol pengusung Khofiffah dan Emil Dardak juga akan menjadi salah satu sumber suara bagi Joko Widodo pada Pilpres 2019.

Dari paparan di atas bisa terlihat  cukup jelas bahwa bagi PDIP, mendapatkan kursi gubernur atau wakil gubernur bukan target utama. Kalau toh nanti ada pasangan cagub-cawagub yang diusung PDIP menang di Pilgub 2018 maka itu adalah semacam insentif/bonus politik. Pilkada serentak 2018 bagi PDIP hanyalah alat untuk meraih jumlah suara semaksimal-maksimalnya demi kemenangan/keberhasilan di  Pilpres 2019. 

Target utama PDIP adalah ingin mempertahankan kekuasaan politik untuk mengatur pemerintahan/negara dan parlemen dengan cara mengusung lagi Ir.H.Joko Widodo sebagai Calon Presiden RI 2019-2024. Oleh karena itulah, PDIP terus merawat dan menjaga sebaik-baiknya dengan parpol-parpol pendukungnya, misalnya dengan  memberi kursi menteri di kabinet pemerintahan atau kedudukan penting di lembaga-lembaga pemerintah tertentu seperti di BUMN, atau  bisa juga memberi kursi untuk menjadi duta besar, dan lain-lain. Pun, dari paparan di atas bisa terlihat potensi jumlah suara pemilih yang begitu banyak yang dimiliki oleh PDIP,  potensi jumlah tersebut sekaligus sebagai modal awal untuk kepentingan Pilpres 2019. PDIP berusaha semaksimal mungkin meraih jumlah suara sebanyak-banyaknya di Pilgub Jabar,Jateng, dan Jatim 2018 ini. 

Bila suara pemilih di Pulau Jawa dikuasai secara mutlak oleh PDIP dan parpol-parpol pendukungnya, maka optimisme PDIP untuk memenangkan Pilpres 2019 akan semakin besar.  Jika ini nanti benar-benar terjadi maka pesaing utama PDIP, Gerindra dan PKS akan semakin berat bersaing di Pilpres 2019. Demikianlah paparan  taktik 'rangkulan politik' dari PDIP pada Pilgub Serentak 2018 di Pulau Jawa demi  meraih kemenangan di Pilpres 2019.

(solo1402032018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun