TUGU JAM DIPINDAH
Keruan saja mulai saat itu, kritik  nasionalisme orang Belanda di negara koloni menjadi makin luas, menjadi kekhawatirkan luas. Ini semua dimulai dari tugu jam di tengah kota Surabaya.Â
Memindah tugu jam tanpa alasan berarti menggali konflik lebih dalam dengan Inggris. Membiarkannya membuat serangan ke pemerintah tidak pernah berhenti.Â
Hingga pada akhirnya eksistensi jam itu berakhir. Ini akibat pemerintah daerah setempat emoh merawat sejak jam itu pertama didirikan. Jam tidak bekerja dengan benar, penerangannya buruk, dan pada akhirnya dianggap menghalangi jalan. Akhirnya ada alasan untuk mengenyahkannya dari tempat awal. Â Â
Koran nasional The Indische Courant pada 23 September 1926 menjelaskan jika jam Inggris di taman kota harus dipindah. Ini sesuai arahan Dewan Kota Surabaya menyusul rencana pelebaran Aloon-Aloon Straat (sekarang Jl Pahlawan).Â
Uniknya sebenarnya taman kota tempat jam itu berdiri itu tidak benar-benar digusur habis untuk pelebaran jalan. Namun hanya terpotong di satu sisinya tiga meter, dan kebetulan jam itu berada di sisi tersebut. Sebenarnya masih ada lahan di taman luas itu untuk menggeser jam ini, namun tidak ada satupun anggota dewan yang mengambil opsi itu.Â
Hampir semula semua anggota dewan menilai lebih baik jam itu dimusnahkan saja. Ada juga opsi memindahkan jauh dari tempat semula. Bach Kolling ingin memindah jam ini ke Gubeng, perumahan baru di pinggir timur Surabaya. Sedangkan, anggota dewan, Naessens berharap pemerintah konsultasi dulu dengan perwakilan Inggris.
Anggota dewan Van Gennep, mengatakan lebih baik ditaruh di ujung kota daripada dimusnahkan. Ujung kota, karena lokasi jam itu sekarang tepat di tengah kota Surabaya.Â
"Benda itu sangat indah sehingga yang terbaik adalah menjadi hiasan di Priokplein (Lapangan Priok di Tanjung Perak ujung utara Surabaya. Red)," jelasnya.Â