Lewat radio semua kabar disampaikan, karena radio menjadi satu-satunya alat komunikasi paling update. Kata dia, saat itu di sudut-sudut jalan hingga di ujung gang-gang kecil selalu memiliki radio umum. Sepanjang hari dibunyikan, sehingga setiap saat, orang-orang berkumpul mendengarkan perkembangan peristiwa.Â
Pemancar Curian
Tampaknya upaya Bung Tomo meminjam pemancar Radio Surabaya untuk channel Radio Pemberontakan tidak berlangsung lama. Hanya sehari, RRI mau bekerjasama, setelah itu pemancar Radio Surabaya memblok Radio Pemberontakan. alasannya, cara Bung Tomo dianggap membahayakan. Â si Bung memutar otak untuk memiliki pemancar sendiri. Â
Dia mendapat informasi, ada sebuah kapal milik Angkatan laut Jepang yang tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak. Dia langsung memerintahakan Mencuri pemancar radio di kapal itu. Makam hari operasi pencurian pemancar itu dilakukan. Hasan Basri berhasil memboyong peralatan pemancar sebesar mobil.Â
Selain itu, Arie Rahman, juga mencuri pemancar Jepang dari selatan Surabaya. Sayang nama yang terakhir ini kemudian tewas saat menggotong pemancar darurat ketika pertempuran Surabaya meletus. Radio Pemberontakan itu akhirnya lahir dari di tempat baru. Menampati bangunan rumah milik sahabatannya, Amin, di Jl Mawar nomor 10. Bangunan yang sejak dua tahun lalu rata dengan tanah.Â
Radio pemberontakan unik, frekwensinya berubah ubah. Niatnya untuk mengecoh Inggris dan Jepang, namun tentu saja cara ini justru membingungkan penduduk Surabaya yang ingin mendengarkan kondisi terbaru kotanya.Â
Dari corong radio tersebut, pidato-pidato dengan menggunakan pelbagai bahasa asing dan bahasa daerah disiarkan. Dia menggundang tokoh-tokoh daerah untuk menyiarkan dengan bahasanya masing-masing. kadang tokoh Madura, kadang tokoh Minahasa, kadang tokoh Batak. Belakangan radio ini dianggap paling update dibanding Radio Surabaya oleh warga kota sehingga siarannya ditunggu-tunggu.
BERSAMBUNGÂ
BACA SAMBUNGANNYA : Kisah Bung Tomo yang 'Membakar' Surabaya (3)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H