Mohon tunggu...
Aang Kunaifi
Aang Kunaifi Mohon Tunggu... -

Aang Kunaifi adalah Penulis Buku MEMBANGUN (KEMBALI) INDONESIA KITA. Ia merupakan Intelektual Muda Muslim yang memfokuskan kajian dan pemikirannya mengenai berbagai isu kebangsaan, ketahanan nasional, kepemimpinan dan kepemudaan. Setelah menyelesaikan Master of Sains bidang Ketahanan Nasional Pascasarjana UI, ia bekerja sebagai Trainer/Motivator/Public Speaker di TRUSTCO Jakarta, selain juga mengajar di salah satu PTS di Jakarta. Silaturahim melalui email kunaifi.aangku@gmail.com dan Twitter @Aangku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pembakaran Masjid di Papua dan Rasa Kebangsaan Kita

18 Juli 2015   09:21 Diperbarui: 18 Juli 2015   09:21 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Agama adalah ajaran yang berisi tentang arahan atau panduan agar manusia dapat mencapai tujuan hakiki dalam kehidupannya. Tujuan hakiki tersebut harus dicapai oleh masing-masing individu, hal itulah yang kemudian menjelaskan mengapa agama lebih punya wibawa dibandingkan dengan negara.

 

Negara sendiri merupakan konsensus bersama anggota masyarakat dengan tugas melaksanakan ketertiban dan menjamin kebebasan individu dan masyarakat. Kebebasan dianggap sebagai hak mendasar setiap individu, salah satunya adalah kebebasan untuk menjalankan kewajiban agamanya.

 

Pemahaman yang utuh tentang agama dan negara seperti di atas akan membawa kita pada pemahaman bahwa agama dan negara harus berdampingan, negara membutuhkan agama sebagai salah satu software dalam operasional kerjanya.

 

Agar dapat hidup secara harmonis, agama menyerahkan beberapa syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh negara, salah satunya adalah membebaskan masyarakat dari rasa takut terhadap semua bentuk tirani yang membuat mereka tidak dapat menjalankan kewajiban beragamanya.

 

Tirani tersebut dapat saja berasal dari negara atau masyarakat sipil lainnya, oleh karena itu negara tentu tidak boleh menjadi tirani yang justru menjadi momok yang menakutkan bagi warganya. Sejarah kemudian sering bercerita kepada kita tentang peperangan yang dilakukan oleh masyarakat melawan tirani negara yang dipompa oleh semangat spiritualitas.

 

Negara juga tidak boleh diam dan absen pada semua bentuk kezaliman yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat tertentu terhadap kelompok masyarakat lainnya, apalagi kezaliman yang membuat kelompok masyarakat tsb tidak dapat menjalankan kewajiban agamanya.

 

Abai dan diamnya terhadap sebuah kezaliman, saya kira sama dengan kezaliman itu sendiri, karena pada dasarnya tugas negara adalah menjamin kebebasan dan keadilan bagi warganya.

 

Oleh karena itu, dalam kasus PEMBAKARAN MASJID DI PAPUA, negara tidak boleh absen dan diam terhadap kasus tersebut. Apalagi melakukan pembenaran dan bahkan menyalahkan korban.

 

Ketidakmampuan negara dalam menjamin kebebasan warganya, membiarkan kezaliman terjadi di masyarakat, lambat laun, suka atau tidak suka, justru mempersubur bibit konflik yang harus kita hindari agar bangunan kebangsaan kita dapat tetap kokoh berdiri.

 

Konflik horizontal, apalagi yang berbau SARA, merupakan ancaman serius dan dapat merusak ketahanan nasional bangsa Indonesia. Sejarah yang akan mencatat apakah pemerintah hari ini dapat menjaga bangunan kebangsaan dari kehancuran atau justru malah sebaliknya.

 

Aang Kunaifi

Pemerhati Ketahanan Nasional, Trainer TRUSTCO

Twitter @Aangku

www.kompasiana.com/kunaifi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun