Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal dan Tahun Baru bersama Spentig Hewa, Moment Perkokoh Rasa Kekeluargaan

12 Januari 2023   08:12 Diperbarui: 12 Januari 2023   08:22 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidik dan tenaga kependidikan Spentig Hewa saat penukaran kado. Dok.pribadi

SMPN 3 Wulanggitang mengawali tahun baru 2023 dengan merayakan Natal dan tahun baru bersama. Kegiatan yang mengambil tema "Sekolah Sebagai Keluarga Kedua" ini dimaksud untuk merajut kasih, mempererat persaudaraan, menjalin kekompakan, memupuk persatuan dalam bingkai kekeluargaan.

Perayaan Natal dan tahun bersama sebagai moment membangun kekeluargaan ini dilakukan Sabtu (07/01/2023) di aula Spentig, desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang. Kegiatan ini diikuti guru, pegawai, dan siswa SMPN 3 Wulanggitang. Hadir juga pengawas binaan SMPN 3 Wulanggitang, Yohanes Hegon Kelen.

Kegiatan ini diawali dengan ibadat sabda yang dipimpin Fr. Alfons Boruk. Dalam renungannya, berdasarkan bacaan suci Injil Yoh. 2: 1 -- 12, Fr. Alfons mengangkat tema "Mereka kehabisan anggur". Mereka kehabisan anggur dapat dimaknai orang yang mengalami krisis diri. Kehabisan anggur bisa berarti kekurangan damai, cinta. Kehabisan anggur artinya kehilangan rasa kekeluargaan, persaudaraan dan kebersamaan.

Agar tidak kehabisan anggur, menurut Fr. Alfons, ada dua hal yang dilakukan. Pertama, meneladani Bunda Maria. Di mana Bunda Maria memiliki sikap yang selalu peduli pada situasi "kehabisan". Merasa peka dengan keadaan yang kurang. Kedua, mengisi tempayan dengan anggur baru. Yaitu mencari cara baru untuk mengatasi situasi "kehabisan". Bila mengalami situasi krisis, kita tidak tinggal boleh tinggal diam. Harus berusaha untuk memperbaharui diri.

Lebih jauh, Fr. Alfons yang merupakan alumni SMPN 3 Wulanggitang ini mengharapkan agar lembaga SMPN 3 Wulanggitang jangan sampai "kehabisan anggur." Yaitu situasi krisis yang melanda lembaga ini. Krisis akan rasa kekeluargaan, persaudaraan, kebersamaan.

Guru da pegawai saat mengikuti ibadat sabda perayaan Natal dan tahun baru bersama. Dok.pribadi
Guru da pegawai saat mengikuti ibadat sabda perayaan Natal dan tahun baru bersama. Dok.pribadi

Di kalangan guru dan pegawai, jangan sampai kehabisan anggur di mana terjadi krisis tanggung jawab, hilangnya kepekaan. Lunturnya semangat pengabdian. Siswa juga jangan sampai kehabisan anggur, yang berarti hilangnya rasa hormat terhadap guru dan saling menghormati antarteman. Tidak ada semangat datang ke sekolah dan suka bolos.

Sebaliknya lembaga SMPN 3 Wulanggitang harus menjadi tempayan yang kelimpahan anggur. Yaitu lembaga pendidikan yang penuh dengan suasana sukacita, persaudaraan, dan kekeluargaan. "Mari kita jadikan lembaga ini sebagai tempayan yang tidak kehabisan anggur dengan belajar dari Bunda Maria yang selalu peduli dengan situasi kehabisan dan mengisi tempayan dengan anggur baru. Anggur yang menguatkan komitment untuk mempererat kekeluargaan, merawat persaudaraan, membangun kekompakan, memupuk kebersamaan," ujar Fr. Alfons Boruk.

Guru, pegawai, dan siswa mengikuti acara Natal dan tahun baru bersama. Dok.pribadi
Guru, pegawai, dan siswa mengikuti acara Natal dan tahun baru bersama. Dok.pribadi

Kepala SMPN 3 Wulanggitang, Kristina Sabu Punang dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa melalui perayaan Natal dan tahun baru bersama ini diharapkan agar semua warga  sekolah mencintai lembaga ini. Sebagaimana di rumah, harus rasa cinta dari warga sekolah terhadap lembaga ini. Rasa cinta itu ditunjukkan dengan merasa betah di sekolah. Cinta juga diwujudkan dalam menjalankan tugas dengan penuh rasa tanggungg jawab.

"Tema perayaan Natal dan tahun baru bersama ini menjadi pijakan untuk membangun lembaga SMPN 3 Wulanggitang ini. Dasar untuk membangun lembaga rasa kekeluargaan. Keluarga bukan hanya yang ada di rumah. Tetapi juga rekan kerja di sekolah. Bila kita menjadikan sekolah sebagai keluarga, maka tugas yang ada di sekolah harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab," ujar Kris Punang.

Sementara itu Pengawas binaan SMPN 3 Wulanggitang, Yohanes Hegon Kelen mengajak warga SMPN 3 Wulanggitang untuk memaknai Natal dan tahun baru bersama dengan membangun semangat kekeluargaan. Rasa kekeluargaan itu ditunjukkan dengan rasa memiliki terhadap lembaga ini. Sebagai keluarga, kerja sama itu penting untuk bangun lembaga ini lebih baik lagi.

"Mari kita maknai perayaan Natal dan tahun baru bersama ini untuk membangun semangat kekeluargaan. Tumbuhkan rasa memiliki lembaga ini dalam diri masing-masing. Dan yang penting juga itu kerja sama. Untuk maju, harus jalan bersama-sama. Karena itu, agar lembaga ini bisa maju, harus ada kerja sama," ujar Hen Kelen.

Siswa Spentig Hewa membawakan acara hiburan pada acara Natal dan tahun baru bersama. Dok.pribadi
Siswa Spentig Hewa membawakan acara hiburan pada acara Natal dan tahun baru bersama. Dok.pribadi

Perayaan Natal dan tahun bersama Spentig Hewa ini diisi dengan acara hiburan berupa vokal solo dan group, dan pembacaan puisi dari siswa SMPN 3 Wulanggitang. Selain itu ada tukar kado bersama antara guru dan pegawai, dan antar-siswa. Kebersamaan ini dilengkapi dengan santap bersama dan berjoget ria hingga pkl.17.00 WITA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun