Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Quo Vadis Kemerdekaan Indonesia?

25 Agustus 2021   21:12 Diperbarui: 25 Agustus 2021   21:17 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diakui bahwa sudah banyak perubahan yang kita alami. Begitu banyak kemajuan telah kita capai setelah merdeka. Namun harus berani dikatakan bahwa cita-cita kemerdekaan yang diusung para pejuang dahulu belum sepenuhnya tercapai. Kemerdekaan sesungguhnya masih menjadi utopia. Banyak persoalan mendasar yang menjadi pekerjaan rumah "bangsa" yang belum diselesaikan hingga menginjak usia ke 76.

Jokowi pada periode pertama pemerintahannya menitikberatkan pembangunan pada infrastruktur. Namun keluhan masyarakat akan layanan: air, jalan dan listrik (AJAL) masih terdengar nyaring. Pembangunan infrastruktur memang dilakukan secara massif, tetapi belum terwujud secara merata. Belum menyentuh masyarakat di pelosok tanah air. Malah bagi mereka, tiga kebutuhan dasar: air, jalan dan listrik dipelintirkan telah menemui AJAL-nya.

Sementara bidang pendidikan juga mengalami problem serius. Kurikulum kita masih gonta-ganti. Nasip guru-guru honor yang diupah secara tidak layak semakin tidak menentu. Cerita anak negeri yang kaya sumber daya alam yang menimba ilmu di fasilitas pendidikan serupa "kandang" bukanlah dongeng.

Dalam bidang politik, para politisi menunjukkan kelakuan yang semakin aneh. Mereka lupa akan nasib rakyat yang diwakilinya tetapi sibuk memperkaya diri. Wakil rakyat begitu bernapsu menambah jumlah pimpinan walau infrastruktur jalan di pelosok negeri belum tersentuh aspal. Walau masih ada saudara-saudara kita di pelosok negeri belum diterangi listrik tetapi gaji anggota dewan terus dinaikkan.

Belum lagi bicara soal persatuan dan kesatuan bangsa. Rasa nasionalisme mulai luntur. Ujaran kebencian dan berita-berita hoax yang berseliweran telah menggeser budaya bangsa yang saling menghormati dan menghargai. Kita menghadapi ujian tersulit dalam sikap rela berkorban dan mengutamakan kepentingan umum. Tanpa kita sadari, rumah NKRI sedang diterjang badai perpecahan.

Kondisi di atas diperparah denga korupsi yang semakin menjamur. Semakin banyak koruptor yang dijerat KPK, eskalasi kasus-kasus korupsi bukan menurun tetapi semakin masif. Korupsi bagai kanker yang menyerang semua sendi kehidupan dan menyebar di seantero negeri. Bila tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat, kondisi bangsa ini akan memburuk karena digerogoti korupsi.

Fakta di atas mengingatkan kita akan pesan founding father, Soekarno, "Sesungguhnya perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri." Ya, kita sudah bebas merdeka dari jajahan bangsa asing, tetapi kita belum merdeka dari jajahan saudara bangsa sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun