Hari Amal Bhakti ke-75 tahun 2021, Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur bekerja sama dengan Asosiasi Guru  Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Flores Timur mengadakan kegiatan lomba pidato secara virtual. Perlombaan pidato ini melibatkan Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah se Propinsi Nusa Tenggara Timur.
MemperingatiPengiriman video perlombaan pidato dengan tema "Kerukunan" ini dibuka sejak tanggal 17-29 Desember 2020. SMPN 3 Wulanggitang, Hewa, Flores Timur terlibat dalam perlombaan pidato ini dengan mengirimkan dua wakil. Salah satunya adalah Lusia Mone Soge. Siswa kelas IX Spentig Hewa ini membawakan pidato berjudul "Potret Kerukunan Nusa Flobamora."
Pengumuman kejuaraan dilakukan tanggal 05 Januari 2021 pada acara puncak perayaan Hari Amal Bhakti tingkat Kementerian Agama Flores Timur di Larantuka. Berdasarkan penilaian dewan juri, siswa asal desa Hewa ini mampu meraih peringkat 6. Berikut adalah pidato yang dibawakan siswa yang biasa disapa Lus.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Mengawali pidato ini, saya mengajak kita semua untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, berkat dan perlindunganNya kita semua masih diberi nafas kehidupan hingga saat ini.
Sebelum menyampaikan pidato, ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Lusia Mone Soge, saya berasal dari desa Hewa dan sekarang duduk di kelas sembilan SMPN 3 Wulanggitang, Hewa, Flores Timur.
Dewan juri dan penonton yang saya hormati,
Setiap tanggal 3 Januari, Kementerian Agama Republik Indonesia merayakan Hari Amal Bhakti. Moment ini diperingati sebagai hari lahirnya Kementerian Agama Republik Indonesia. Setiap tahun peringatan Hari Amal Bhakti dirayakan dengan menggelar berbagai kegiatan. Tidak terkecuali Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur. Apresiasi pantas diberikan karena pada tahun 2021 Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur bekerja sama dengan Agupena Flores Timur menggelar perlombaan pidato untuk tingkat SMP se-Nusa Tenggara Timur secara virtual. Terima kasih atas kesempatan berharga ini.
Lahirnya Kementerian Agama Republik Indonesia yang diperingati setiap tanggal 3 Januari tentu punya alasan. Bahwa peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting. Sejak zaman pra kemerdekaan, peran agama lewat tokoh-tokoh agama dalam perjuangan merebut kemerdekaan sangat besar. Harus diakui bahwa kemerdekaan yang kita raih tidak terlepas dari peran agamawan.
Di masa kemerdekaan peran agama sangat penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai entitas yang mengajarkan kebaikan, agama selalu membawa pesan damai. Misi agama adalah menyebarkan kerukunan dan perdamaian bagi umat manusia. Karena itu dalam merayakan Hari Amal Bhakti bertepatan dengan hari lahir Kementerian Agama Republik Indonesia, saya mengajak kita semua untuk melihat potret kerukunan di Nusa Flobamora tercinta ini. Karena itu saya menyampaikan pidato berjudul "Potret Kerukunan Nusa Flobamora."
Dewan juri dan penonton yang saya hormati,
Nusa Tenggara Timur adalah propinsi dengan banyak keberagaman. Propinsi yang terdiri dari beberapa pulau ini memiliki keberagaman dalam hal agama, budaya, adat istiadat, bahasa, dll. Keberagaman dalam berbagai aspek kehidupan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Kita patut bersyukur karena dianugerahi keberagaman oleh Tuhan. Seperti taman yang tampak indah karena banyaknya bunga, kehidupan akan menjadi indah oleh karena keberagaman.
Walau demikian harus diakui dan diwaspadai bahwa perbedaan dan keberagaman ini bila tidak dihadapi secara baik akan menjadi ancaman bagi kehidupan bermasyarakat. Potensi konflik karena keberagaman akan tetap ada dan terjadi kapan saja.
Di sinilah pentingnya menjaga kerukunan dalam hidup berbangsa. Dengan menjaga kerukunan, potensi konflik akibat perbedaan dan keberagaman bisa dihindari. Dan bila kerukunan tetap dijaga, kehidupan menjadi aman, damai, tidak akan terjadi kericuhan, perpecahan antar sesama anak bangsa.
Dewan juri dan penonton yang saya hormati,
Sebagai orang NTT, kita patut bersyukur karena kehidupan di nusa Flobamora ini sangat aman dan damai. NTT sering dikatakan sebagai Nusa Paling Toleran. Survey yang dilakukan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2018, mengatakan bahwa masyarakat NTT dinilai memiliki kerukunan hidup umat beragama paling tinggi. Dinilai dari survey ini, NTT dinobatkan sebagai propinsi paling toleran di Indonesia.
Sebagai putra-putri Flobamora, kita patut berbangga atas penghargaan yang diberikan ini. Namun demikian penghargaan harus dimaknai sebagai tanggung jawab untuk terus menjaga agar Nusa Flobamora tetap rukun, aman, dan damai.
Secara factual, kita melihat dan mengalami sendiri potret kerukunan di nusa Flobamora ini. Di seluruh wilayah Flobamora, masyarakat hidup rukun, aman dan damai. Perbedaan bukanlah penghalang untuk merajut persaudaraan. Justru sebaliknya perbedaan dijadikan sebagai benang untuk menyulam perdamaian.
Potret kerukunan di nusa Flobamora ini hemat saya berkat dua hal berikut. Pertama, agama. Kehadiran agama di Flobamora benar-benar membawa pesan damai. Dalam hari-hari besar keagamaan, tidak hanya umat beragama tersebut saja yang terlibat tetapi juga melibatkan umat beragama lain. Misalnya, setiap tahun dalam perayaan Semana Santa di Larantuka, remaja mesjid ikut serta dalam menjaga keamanan perayaan tersebut. Di sinilah munculnya peran agama dalam menjaga kerukunan di nusa Flobamora.
Kedua, budaya atau adat istiadat. Selain agama, masyarakat Flobamora tetap menjaga budaya dan adat istiadat yang merupakan warisan dari nenek moyang. Kalau agama merupakan hasil impor dari luar, budaya dan adat istiadat lahir dari rahim Flobamora. Inilah ikatan yang menguatkan persaudaraan dan kekeluargaan di tanah Flobamora.
Dewan juri dan penonton yang saya hormati,
Potret kerukunan yang kita banggakan ini harus terus dirawat. Karena itu saya mengusulkan dua hal penting. Pertama, dialog antar umat beragama perlu terus digalakkan. Kegiatan-kegiatan keagamaan dan atau sosial dilibatkan umat lintas agama.
Kedua, perkuat peran lembaga adat atau budaya. Lembaga adat di desa atau kampung harus diberi peran lebih karena merekalah yang berada di akar rumput, dekat dengan kehidupan masyarakat. Karena itu selain tokoh agama, tokoh adat di kampung juga harus dilibatkan dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Akhirnya, mari kita pupuk taman Flobamora yang indah ini dengan menjaga, merawat kerukunan antar sesama anak Flobamora.
Sebelum mengakhiri pidato, saya memohon maaf apabila hal yang saya sampaikan tidak berkenan di hati dewan juri dan penonton sekalian. Demikian pidato saya, sekian dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H