Mohon tunggu...
Sapto Kelingan
Sapto Kelingan Mohon Tunggu... Buruh - Eling asalle, Eling baline

Polos dan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Luka di Masa Pendemi

12 Juni 2020   10:47 Diperbarui: 12 Juni 2020   11:17 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Jadi aktivitas orang rumah pasti ibu mengetahuinya sekalipun dengan hubungan intim anakku dengan kekasihnya. Saya mencoba menceritakan yang ingin diceritakan dan tidak ingin menceritakan yang tidak diceritakan. 

Sehari-hari memang betul anak ibu, aku, adik-kakak dan teman-teman lain selalu bermain bersama denganku di rumahnya. Tapi saya tidak sama sekali menyebutkan subjek bahwa adiknya yang memiliki barang tersebut. Ini bukan pembelaan tapi ini fakta yang saya ucapkan pada ibunya. 

Ibuku sama sekali tidak boleh terlibat untuk perkara tersebut. Ibu sudah di dapur saja jangan dulu nimbrung, pintanya Memecah ketegangan. Hanya sekedar silahkan di minum wejangan itu, seru ibuku. Tak terasa sudah hampir sejam mencari info-info janggal ini.

Barusan ibunya dari rumahku. Menceritakan hal yang sama. Rupanya pun sama. Waktu kejadiaan dan bajunya sama. Tapi respon temankubaik. Ia menyangkal bahwa kelakuan kekasih anak ibu tidak benar. Cemburuan oper aktif terhadap apa yang ibu dapati info darinya. Itu fitnah bu. Dan pamit karena ibunya ingin kerumah ku. 

Padahal sebelum kerumahnya, kerumahku dahulu. Ibunya pulang membawa segala fakta yang didapat dan ingin sekali menceritakan dengan secara detail dari dua sumber tersebut. Ibu yakin dengan sumber yang tadi ibu akan melaporkan pada anakku yang kerja di kepolisian untuk menangkap mereka-mereka itu. 

Ibu bangga karena berhasil menjuarai perlombaan menulis cerpen dengan judul Luka ku (yang) dibuat-buat. Tapi ibu janji tidak akan menceritakan pada ayahnya dan masnya, tegasnya padaku. Tuhan saja tidak tidur, aku saja yang membeli mimpi.

Anaknya bercerita. Ibu suka mengada-gada. Menelan mentah-mentah info yang belum jelas faktanya. Aku suka sedih dengan perlakuan ibuku sendiri. Untuk perihal utang. 

Aku ingin bercerita terkait topik hutang, bahwa aku sadar pernah meminjam uang pada kakakku untuk biaya modal produksi pemesanan sablon. Karena sudah selesai orderannya. 

Uang yang dipinjami kakak ku sudah ada. Dengan nominal dan jumlah yang sama untuk berniat mengembalikanya. Tetapi kata kakakku ya sudah nanti saja. 

Yaudah dong taku simpen, serunya. Memang kadang ibu minjam uang recehanku untuk kebutuhan jajannya. Yasudah pakai saja bu, sendunya. Aku tidak akan menagihnya seberapapun jumlahnya. Udah biar aku dan ibu saja yang tahu masalah ini. Memang pernah ibu ngasih aku uang untuk biaya pesanan sablon 3 pcs dengan nominal dua ratus. 

Ya sudah aku hanya iya saja karena lagi asik main game. Akhirnya aku pun lupa bahwa uang tersebut aku pakai untuk jajan karena dia juga gak jelas, keluhku. Nanti ngasih harga ke orang berapa ya, tanyaku. Dan kekasihku menagih utuk ngajak jalan pada hari itu. Aku bilang aku ngga ada duit, kalo maksa sekalipun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun