Mohon tunggu...
Kukuh Dwi Setiawan
Kukuh Dwi Setiawan Mohon Tunggu... lainnya -

Beranak satu, beristri satu dan pernah belajar sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyambut Hari Keluarga Nasional XXI 29 Juni 2014: Menakar Kembali Arah Pembangunan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Pemerintah Mendatang

27 Juni 2014   17:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:38 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia adalah negara yang luas terdiri dari ribuan kepulauan, suku bangsa, budaya dengan jumlah dan angka pertumbuhan penduduk yang besar dan masyarakat yang beragam serta tingkat kemajuan pembangunan sosial-ekonomi yang berbeda antar daerah. Penduduk Indonesia dewasa ini telah mencapai ± 241 juta jiwa berdasarkan perhitungan sensus penduduk tahun 2010. Jumlah ini meningkat 4 kali lipat dari perhitungan sensus penduduk tahun 1930 berjumlah ± 60,7 juta jiwa. Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan keamanan namun masih banyak tantangan yang dihadapi untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, demokratis, sejahtera yang adil dan merata.

Menurut Prof. Dr. Dorodjatun Kuncorodjakti, ada tiga faktor kunci yang harus dipahami dalam rangka kelangsungan Bangsa Indonesia ke depan:

Pertama adalah faktor geografis, Indonesia diapit oleh samudera, laut, dan selat yang mempunyai pantai tropis terpanjang di dunia, geografi Indonesia ini merupakan penentu nasib yang paling mutlak sifatnya. Menyatakan bahwa "geography is destiny" jelas lebih benar daripada mengatakan "demography is destiny".

Kedua adalah faktor politik, keberadaan Indonesia pasca kolonial dibentuk oleh perasaan senasib sepenanggungan sebagai bangsa-bangsa yang terjajah oleh Belanda. Adalah pengalaman sejarah yang sama itu yang kemudian menjadi landasan persatuan Indonesia, yang menempatkan ratusan suku bangsa, hampir kesemua agama dunia yang utama, dan ratusan kelompok bahasa dan budaya lokal kemudian berada di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Redistribusi di sektor politik ini akan mengayomi dan menjaga spirit persatuan nasional Bangsa Indonesia.

Ketiga adalah faktor demografi, lihatlah beberapa permasalahan besar yang akan dihadapi oleh pemerintah dewasa ini, ledakan jumlah penduduk, kualitas pendidikan, dan kesempatan kerja. Laju pertumbuhan penduduk yang besar yang tidak dibarengi dengan peningkatan dan pemerataan pendidikan serta kemampuan penyerapan tenaga kerja yang rendah akan menyebabkan Indonesia penuh dengan gejolak sosial, politik dan ekonomi karena tingginya tekanan penduduk.

Sehingga setiap upaya pembangunan bangsa dan negara Indonesia harus memperhatikan 3 faktor penentu masa depan tersebut.  Jelas, untuk memiliki visi ke depan - bahkan untuk memahami masa lalu - kita harus melakukan penelaahan dari semua faktor-faktor yang menentukan kehidupan bangsa-negara Indonesia beserta ke-3 parameter (demography, geography, politic) yang menjadi landasan dasar keberadaan bangsa-negara Indonesia.

Sesuai dengan judul tulisan ini, akan sedikit kami ulas mengenai parameter demography yang dikemukakan di atas. Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan (demografi) merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah:

Pertama, penduduk merupakan subyek dan obyek pembangunan (center of development) dengan demikian, penduduk merupakan pelaku dan penggerak pembangunan yang harus terus menerus dipersiapkan kualitasnya. Dan jelas pemerintah yang akan datang harus berhitung tentang kualitas (kemampuan) penduduk dalam menentukan segenap sektor yang akan dikembangkan sehingga seluruh strata kualitas penduduk bisa berpartisipasi dalam pembangunan dalam rangka pemerataan serta peningkatan kesejahteraan penduduk.

Kedua, dinamika penduduk akan sangat berpengaruh terhadap dinamika pembangunan. Jumlah penduduk yang besar tentu saja harus dibarengi dengan kualitas penduduk yang tinggi, hal ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang maksimal dan tentu saja sebaliknya akan menjadi beban pembangunan apabila kualitas penduduknya rendah.

Ketiga, segenap dinamika kependudukan merupakan sesuatu yang sangat dekat, terjadi menyatu dengan keseharian kita yang sulit untuk dicerna serta dampaknya yang terasa dalam jangka panjang, hal ini menjadikannya sering diabaikan oleh pemangku kebijakan (apalagi diera otonomi daerah) yang seringkali dikejar target sesaat nan monumental. Dengan demikian, tidak diindahkannya dimensi kependudukan dalam rangka pembangunan nasional sama artinya dengan "menyengsarakan" generasi berikutnya.

Untuk itulah pemerintahan yang akan datang harus memperhatikan hal- hal berikut:

1.       Laju Pertumbuhan Penduduk yang cukup tinggi (3,7 juta per tahun) sedangkan usaha menekan laju pertambahan penduduk menghadapai beberapa kendala, seperti Ekonomi, Sosial budaya, Keagamaan, Politik.

2.       Persebaran penduduk yang tidak merata (masih terpusat Barat Indonesia (57% Jawa & Sumatera 21 %) sehingga menguatkan paham pro-natalis, terutama di daerah- daerah yang masih kurang penduduknya namun kaya Sumber Daya Alam(contoh Papua, Papua Barat), dan program transmigrasi masih mendapat sentimen negatif dari penduduk lokal maupun pemerintahan lokal.

3.       Disparitas pertumbuhan ekonomi antar kawasan, desa-kota, mengakibatkan arus migrasi yang kurang terkendali dan berdampak pada tekanan penduduk pada daerah- daerah tertentu.

4.       Ketahanan Pangan dan lingkungan, sebagai konsekuensi logis dari besarnya jumlah penduduk serta alih fungsi lahan pertanian (hutan, sawah, kebun) untuk kebutuhan perumahan penduduk, pabrik, tanaman industri dll.

5.       Potensi "Bonus Demografi" dengan ditandai melimpahnya penduduk usia produktif  pada tahun 2015- 2035, yang harus ditingkatkan kualitasnya (pendidikan dan kesehatan) agar memiliki produktivitas yang tinggi (PR yang berat tentunya)

6.       Kelembagaan untuk urusan kependudukan belum tertata dengan baik, yang terpisah diberbagai kementerian dan lembaga (padahal koordinasi merupakan hal yang sangat mahal harganya di negeri ini)

Demikan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah yang akan datang, yang tentu saja tidak akan semudah membalikkan telapak tangan namun juga bukan mustahil untuk dilakukan. Selamat hari keluarga, salam bahagia untuk keluarga Indonesia. Mari kita wujudkan pembangunan berkualitas berkelanjutan yang berwawasan kependudukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun