Mohon tunggu...
Kukuh C Adi Putra
Kukuh C Adi Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Pendidikan | @kukuhcadiputra

GTK Inovatif Kategori Guru SMK Tahun 2023 - BBGP Jawa Tengah | Pengisi Konten Selepas Subuh✨ on Youtube : @kukuhcadiputra | Certified Trainer and Asessor BNSP RI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Selepas Subuh: Kekuatan dan Ketahanan Emosional

24 Juli 2024   07:00 Diperbarui: 24 Juli 2024   07:07 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Wujud Cinta | Image by johnhain from Pixabay

Seorang teman mengeluh tentang teman baiknya yang begitu tega dan mengecewakannya. "Atas semua yang sudah kulakukan, begitu teganya ia lakukan ini padaku, lain di depan lain di belakang. Sangat menyakitkan hatiku," kata si teman ini.Aku tak sampai hati menyangkal curhatannya. 

Pertama, tak baik pihak sedang menderita bukan mendapat bantuan, tetapi malah mendapat penyangkalan. 

Kedua, semakin dekat seseorang dengan kita, makin penuh harapan kita kepadanya. Itulah kenapa dikecewakan teman dekat, dua kali lipat pedihnya.

Menjadi semakin dekat, semakin banyak syarat yang kita tetapkan kepadanya. Maka ketika ia semakin dekat tapi semakin tidak bisa dipercaya, adalah kesakitan ekstra. Ada yang menarik, kata "tapi" selalu menjadi kebiasaan hampir seluruhnya ketika tengah berhadapan dengan situasi tersebut. 

Misalnya jika kita adalah pihak bermasalah dan butuh nasihat. Sembilan dari sepuluh peminta nasihat cenderung akan menutupnya dengan kata: tapi.

Kepada teman dekat itu misalnya, kita tetapkan syarat bahwa yang dekat itu selalu harus baik, terpercaya, dan tidak boleh mengecewakan. Padahal kedekatan dan kepercayaan itu sesuatu yang sama sekali berbeda. 

Bagaimana mungkin dua soal yang berbeda harus dipaksa untuk menjadi sama dan satu. Pemaksaan itulah yang mendatangkan bermacam-macam persoalan hidup.

Meskipun persoalan hidup tak terelakkan, cara pandang dan strategi kita dalam menghadapinya dapat menentukan dampaknya. Berikut beberapa teori yang dapat membantu kita memahami dan mengatasi persoalan hidup diantaranya,

  • 1. Teori Psikoanalisis

Teori ini menekankan peran pengalaman masa kecil dan konflik bawah sadar dalam membentuk pola pikir dan perilaku kita. Persoalan hidup dapat dipicu oleh trauma masa lalu yang belum terselesaikan.

Solusi: Terapi psikoanalisis dapat membantu individu untuk memahami akar permasalahan dan mengembangkan mekanisme koping yang lebih sehat.

  • 2. Teori Perilaku Kognitif

Teori ini berfokus pada pola pikir dan interpretasi kita terhadap peristiwa. Persoalan hidup dapat muncul dari pemikiran negatif dan distorsi kognitif yang keliru.

Solusi: Terapi perilaku kognitif membantu individu untuk mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih rasional dan positif.

  • 3. Teori Humanisme

Teori ini menekankan potensi dan kemampuan individu untuk bertumbuh dan berkembang. Persoalan hidup dapat menjadi kesempatan untuk belajar dan berkembang.

Solusi: Terapi humanistik membantu individu untuk menemukan kekuatan dan potensi diri mereka dalam menghadapi persoalan hidup.

  • 4. Teori Sistem Keluarga

Teori ini memandang keluarga sebagai sistem yang saling terkait, di mana perilaku dan masalah satu individu dapat memengaruhi anggota keluarga lainnya. Persoalan hidup dapat dilihat dari sudut pandang dinamika keluarga.

Solusi: Terapi keluarga membantu keluarga untuk memahami pola interaksi dan komunikasi yang tidak sehat dan mengembangkan pola yang lebih konstruktif.

  • 5. Teori Spiritualitas

Teori ini menghubungkan persoalan hidup dengan makna dan tujuan hidup. Persoalan hidup dapat menjadi sarana untuk pendewasaan spiritual dan penemuan jati diri.

Solusi: Bimbingan spiritual membantu individu untuk menemukan makna dan kekuatan dalam menghadapi persoalan hidup.

Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu teori tunggal yang dapat menyelesaikan semua persoalan hidup. Setiap individu memiliki pengalaman dan kebutuhan yang unik. Kombinasi dari berbagai teori dan pendekatan dapat membantu individu untuk menemukan solusi yang paling tepat untuk mereka.

Juru sebrang jalan misalnya, pernah beberapa kali aku tidak memberi upah atas jasanya, lantas ia memelototiku dengan raut wajah kecewa. Kurasa saat itu ia marah, dan tanpa sadar dia menetapkan standar kepada seluruh penyeberang jalan, "Kalau kubantu ya harus ngasih". 

Bayangkan jika semua pengendara sepertiku, seharian bahkan mungkin selama ia bekerja hidupnya akan gelisah dan emosional.

Jika juru sebrang tidak memaksakan standarnya mungkin lain lagi ceritanya. Toh mereka ada di sana secara sukarela, dikasih atau tidak pun sebetulnya normatif. 

Mengecewai dan menyalahkan pihak yang berulang kali melukai kita sebetulnya tidak baik jika prosesnya berlarut-larut. Sesekali lepaskan ikatan itu, 

jadilah pribadi yang tidak punya kendali apa-apa atas orang lain. Disakiti adalah keniscayaan, menyembuhkan sakit adalah sebuah pilihan.

Jika kita masih gemar menyalahkan pihak-pihak lain artinya jalan kita masih jauh. Bila kita sadar kemudian menyalahkan diri sendiri, sejatinya perjalanan sudah semakin dekat. Namun, ketika kita tidak pernah menyalahkan siapapun, selamat, tandanya kita sudah sampai di tujuan. Wallahu A'alam Bishawab. (Kkh)

Daftar Referensi :

1. Teori Psikoanalisis

  • Freud, S. (1905). The unconscious mind. https://www.bps.org.uk/psychologist/freud-and-unconscious
  • Jung, C. G. (1961). Symbols of transformation: An analysis of the personality in religion and mythology. Princeton University Press.
  • Erikson, E. H. (1950). Childhood and society. W. W. Norton & Company.

2. Teori Perilaku Kognitif

  • Beck, A. T. (1967). Cognitive therapy for emotional disorders. New York: Science House.
  • Ellis, A. (1962). Reason and emotion in psychotherapy. Lyle Stuart.
  • Burns, D. D. (1989). Feeling good: The new mood therapy. Signet.

3. Teori Humanisme

  • Rogers, C. R. (1959). A theory of personality. Prentice-Hall.
  • Maslow, A. H. (1943). A theory of human motivation. Psychological Review, 50(4), 370-396.
  • Frankl, V. E. (1946). Man's search for meaning. Washington, DC: Beacon Press.

4. Teori Sistem Keluarga

  • Bowen, M. (1978). Family therapy in clinical practice. Jason Aronson.
  • Satir, V. (1988). The new family therapy. Science and Behavior Books.
  • Minuchin, S., & Nichols, M. P. (1984). Family therapy: Theory and practice. Harvard University Press.

5. Teori Spiritualitas

  • Frankl, V. E. (1946). Man's search for meaning. Washington, DC: Beacon Press.
  • Peck, M. S. (1978). The road less traveled: A spiritual journey for the attainment of integrity. Simon and Schuster.
  • Dalai Lama, & Cutler, H. C. (1992). Healing the mind, healing the heart: The Dalai Lama's prescription for a troubled world. Riverhead Books.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun