Mohon tunggu...
Kukuh C Adi Putra
Kukuh C Adi Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Pendidikan | @kukuhcadiputra

GTK Inovatif Kategori Guru SMK Tahun 2023 - BBGP Jawa Tengah | Pengisi Konten Selepas Subuh✨ on Youtube : @kukuhcadiputra | Certified Trainer and Asessor BNSP RI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Disonansi Kognitif, Perspektif Ambisi dan Kecemasan

2 Juli 2024   12:14 Diperbarui: 4 Juli 2024   16:06 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kecemasan dan Keramaian. (Foto: Pixabay)

Jika seseorang yang haus superioritas dan dipenuhi hasrat untuk diakui, sebetulnya mereka tidak mampu menerima kejadian yang tidak terduga. 

Variabel pengganggu itu harus dihilangkan atau disublim. Seluruhnya harus dalam kontrol, seketika meleset ia bertindak mengeliminir sumber kecemasan itu dengan membuat pembenaran pribadi secara masif.

Sebetulnya kecemasan pribadi muncul rata-rata karena terlalu ambisius. Logikanya hilangkan ambisi supaya tidak cemas, kan begitu. 

Namun, apakah manusia bisa hidup tanpa ambisi ? Tugas kita sekarang adalah mengenal ambisi kita sendiri, sejak kapan ia muncul, seberapa kuat, sampai skala dampaknya. 

Jangan-jangan demi mencapai ambisi kita meniadakan humanisme.

Individu dengan kepribadian yang lebih tangguh dan optimis mungkin lebih mampu menggunakan kecemasan sebagai motivator, sedangkan individu dengan kepribadian yang lebih neurotik mungkin lebih rentan terhadap efek negatifnya. 

Mari kita berlatih mengelola semua itu bersama, tentunya secara berimbang dan seproporsional mungkin. (Kkh)

Referensi: Festinger, L. A. (1957). A theory of cognitive dissonance. Stanford University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun