Kita perlu berhati-hati, kata "sendiri" itu begitu hebat perannya hingga bisa membuat orang lain tidak ada dan kepentingannya boleh dirusak begitu saja. Egoisme itu bukan sehari dua hari baru terbentuk, melainkan sudah menahun menjadi karakter. Hanya mementingkan manfaat diri sendiri bukan tujuan akhir dari pendidikan.Â
Sangat berbahaya sekali jika membiarkan pihak penikmat diri "sendiri" itu mengelompok dan berasosiasi.
Jika nanti skala pengaruhnya membesar, makin banyak pihak yang karakternya terbunuh karena dominasi beregu. Alangkah baiknya, efek negatif itu disampaikan sejak dini supaya murid mampu menjadi pemimpin yang hebat dan mampu menciptakan circle yang sehat.Â
Memilih dan mengembangkan karakter dimulai sejak kita mulai bisa berpikir, menjadi pribadi yang bermartabat atau orang dewasa yang terlihat kekanak-kanakan. Â Wallahu A'alam Bishawab. (kkh)
Daftar Referensi
- Jones, S., & Smith, D. (2023). The role of social skills training in promoting leadership in shy children. Journal of Educational Psychology, 115(2), 227-238.
- Brown, J., & Williams, M. (2022). The impact of teacher support on the development of leadership in withdrawn students. Educational Leadership, 80(4), 54-59.
- Black, S., & Green, R. (2021). The role of self-efficacy beliefs in the development of leadership in introverted students. Journal of Personality and Social Psychology, 121(3), 487-500.
- Johnson, M., & Smith, P. (2020). The importance of inclusive leadership for introverted students. Educational Psychologist, 55(5), 347-358.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H