Mohon tunggu...
Kukuh C Adi Putra
Kukuh C Adi Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Pendidikan | @kukuhcadiputra

GTK Inovatif Kategori Guru SMK Tahun 2023 - BBGP Jawa Tengah | Penulis #tenunankata | Pengisi Konten Selepas Subuh✨ on Youtube : @kukuhcadiputra | Certified Trainer and Asessor @bnsp_official

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cara Bijak Memberikan Kritik Tanpa Membuat Orang Tersinggung

9 Mei 2020   15:15 Diperbarui: 9 Mei 2020   22:01 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi marah karena dikritik (Sumber gambar: www. pixabay.com)

Well, Anda dan saya pada dasarnya sama. Memiliki hasrat ingin mengomentari suatu hal yang membuat jiwa-jiwa pertidaksetujuan bergetar. Jika terlalu berlebihan, siap-siap saja disambut netizen +62 dengan sebutan tukang nyinyir

Kritik pada dasarnya kita sendiri tidak pernah siap menghadapinya, namun sangat mahir melakukannya. Persoalannya, siapkah si penerima kritik dengan kritikan kita? Dikhawatirkan berujung menjadi benci, sakit hati, dan membentuk pribadi pendendam. Lantas bagaimana baiknya?

Kritik adalah suatu hal yang saya dan Anda begitu mudah memberinya, namun tidak pernah ingin menerimanya.

Bagaimana bisa Anda mengkritik namun pihak penerima tak sedikitpun menjadi marah? Tentu bisa, jika pada dasarnya Anda sangat paham betul karakter si penerima kritik, atau sebaliknya. Kondisi kedua mungkin si penerima kritik meminta dikritik sebagai refleksi untuk pengembangan dirinya. Logis saya kira.

Persoalannya, apakah kita selalu tepat memperhitungkan kondisi yang ideal saat melontarkan kritik, sekalipun dengan teman dekat. Sangat kompleks.

Saya pribadi sangat menghindari betul melontarkan kritik, sekalipun saat itu ingin sekali. Kita harus tajam mengukur dampak setelahnya, apa yang terjadi? Anda lega, pihak penerima kritik belum tentu! Kepuasan satu arah menghasilkan komunikasi yang tidak berimbang dan berujung kesalahpahaman.

Sesekali saya dan Anda harus mengedepankan pemikiran, "kalau saya jadi dia" ketika hendak menyampaikan kritik, sekalipun yang membangun atapun tidak.

Salah satu pimpinan saya pernah menunjukkan hal yang begitu toleran, beliau menyampaikan kritik tetapi dengan gaya yang berbeda. 

Suatu ketika beliau mendapati pegawainya merokok di ruangan yang notabenenya jelas tertulis kalimat "no smooking". Jika saya dan Anda dalam posisi tersebut, hal lazim yang dilakukan adalah menegur dengan lantang. Hebatnya, beliau tidak.

“Saya lebih menghargai jika kalian merokok di luar.”

Begitu singkat pekataan beliau. Mereka bergegas mematikan puntung rokok masing-masing. Mereka membayangkan teguran keras, dan apa yang didapat? 

Sebuah penghargaan kecil yang membuat mereka menjadi penting jika bisa menjaga sikapnya. Saya rasa itu wujud inovasi dari sebuah kritikan.

Ilustrasi nyinyir (Sumber gambar: www.pixabay.com)
Ilustrasi nyinyir (Sumber gambar: www.pixabay.com)
Hal serupa dilakukan oleh seorang motivator parenting. Pesan beliau adalah ketika mendapati putra-putri buah hati Anda mendapat nilai yang kurang bagus, jangan lantas menghardiknya habis-habisan. 

Banyak orang memulai kritikan dengan pujian yang sopan, kemudian diikuti dengan kata "tetapi", kemudian mengakhirinya dengan satu pernyataan kritik. Misalnya,

“Kami benar-benar bangga padamu nak, karena nilaimu meningkat semester ini. Tetapi kalau kamu bekerja keras lagi pada pelajaran Mekanika Teknik, hasilnya pasti lebih baik.”

Dalam hal ini kemungkinan si anak sangat bersemangat sampai dia mendengar kata "tetapi". Tentunya si anak akan meragukan ketulusan sanjungan kita semula. 

Baginya hal tersebut tak lain adalah pemanis buatan untuk kalimat kritik yang sesungguhnya. Ibarat kata diangkat mengangkasa, kemudian dijatuhkan.

Permasalahan di atas dapat diatasi dengan mengganti kata "tetapi" menjadi "dan". Alhasil si anak mendapatkan pujian sepenuhnya, dan sebetulnya ia sangat paham dimana letak kegagalannya. 

Jika secara tidak langsung mengeksploitasinya dan menyampaikan dengan kalimat yang memotivasi, maka Anda telah memberikan kritik dengan level yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya.

Ilustasi marah karena dikritik (Sumber gambar: www. pixabay.com)
Ilustasi marah karena dikritik (Sumber gambar: www. pixabay.com)
Kasus serupa ketika seorang kawan lama menceritakan kisah pemilik rumah yang sedang merenovasi rumahnya. Ketika itu pemilik merasa setiap sore hari, peralatan kerja dan kayu-kayu sisa potongan selalu tidak pernah dirapikan. 

Ia paham jika menegur pekerja secara langsung tentunya mereka akan tersinggung. Terlebih pekerjaan mereka sangat bagus dan hasilnya memuaskan. Lalu bagaimana cara menyampaikannya? Pemilik beserta putranya menyediakan waktu untuk merapikan sendiri ketika para pekerja sudah pulang.

Esok paginya, pemilik rumah memanggil salah seorang mandor dan berkata,

“Saya sangat senang dengan cara tim bapak meninggalkan halaman kerja sesaat sebelum pulang, sangat bersih dan rapi tidak menggangu tetangga.”

Anda dan saya sudah pasti dapat menebak dengan tepat. Betul sekali! Mereka menjadi sungkan terhadap pemilik rumah. Setelah hari itu dan seterusnya, si mandor selalu memeriksa kondisi halaman kerja sesaat sebelum ditinggal pulang. Para pekerja pun menjadi tertib dan sadar diri merapikan tanpa perlu diminta.

Memberi perhatian atau kritik secara tidak langsung kepada kesalahan orang lain sangatlah efektif dilakukan kepada seseorang yang sangat sensitif ketika menerima kritik. Sehingga jika Anda menanyakan bagaimana caranya tetap mengkritik tapi tidak dibenci? Kuncinya sampaikan kesalahan mereka secara tidak langsung. Semoga bermanfaat! (kkh)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun