Mohon tunggu...
Kukhairi
Kukhairi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kukhairi

Kukhairi adalah seorang pelajar dan juga merupakan seorang penulis pemula. Jejak bisa ditemukan di akun instagram @kukhairi_ dan akun twitter @kkhri012.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melampaui Batas: Catatan Juang si Pendiam

18 Oktober 2023   20:27 Diperbarui: 18 Oktober 2023   20:37 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Elvan. Seorang remaja yang dikenal dengan kepribadian pendiam dan introvert-nya. Kehidupan sehari-hariku terbilang cukup monoton bagi orang-orang yang mungkin memiliki kepribadian berbeda dariku. Meskipun terbilang monoton, tetapi aku menyukai duniaku sendiri. Berimajinasi dan berkhayal merupakan dua hal yang menjadi dasar bagiku untuk mengekspresikan diri terhadap rasa kesepian yang mungkin ada dalam hati sejak pertama kali kepribadianku berubah.

Awal mula kepribadianku berubah terjadi pada saat menginjak usia delapan tahun atau kurang lebih sekitar sembilan tahun yang lalu. Semua ini berawal ketika diriku dibelikan sebuah PlayStation yang di mana pada saat itu sedang banyak diminati oleh orang-orang dari
berbagai kalangan usia. Meskipun terdengar aneh dan tidak masuk akal, tetapi itu adalah sebuah kebenaran yang memang terjadi dan aku rasakan hingga saat ini.

Akibat yang ditimbulkan dari berubahnya kepribadianku ini menjadi sebuah awal baru dari kehidupanku. Mulai dari sulitnya untuk bersosialisasi hingga meningkatnya prestasiku di sekolah. Memang cukup berat untuk dijalani, tetapi itu semua harus bisa ku lalui dengan penuh keyakinan untuk menjalankannya.

***

"Jangan terlalu banyak berpikir. Lakukan apa pun yang bisa dikerjakan sekarang. Karena hidup tidak selalu berdiam di tempat, tetapi untuk melangkah maju dengan tujuan yang jelas."

***


Dua tahun kemudian ...


Pada saat itu aku sedang duduk di kelas empat SD. Ketika sedang pembelajaran berlangsung, tiba-tiba ada guru lain yang masuk ke kelas. Kala itu, beliau memberi pengumuman terkait siswa-siswi yang dipilih untuk mengikuti sebuah perlombaan keagamaan untuk dijadikan perwakilan sekolah. Anehnya, saat itu aku ikut terpilih untuk mengikuti perlombaan tersebut.

"Elvan, kamu ikut lomba Mapsi cabang kaligrafi," ujar Bu Sinta seorang guru agama di sekolahku.
 

"Hah?" ucapku dalam hati.

"Untuk anak-anak yang tadi Ibu sebutkan namanya, besok kita mulai latihan di rumah Ibu setelah pulang sekolah," ucap Bu Sinta.

Awalnya aku ingin mengundurkan diri karena merasa tidak pantas untuk mengikuti perlombaan tersebut. Ya, mungkin itu semua karena aku merasa ada yang lebih jago dibanding diriku, tetapi kenapa bukan dia saja yang dipilih. Namun, karena sudah terlanjur terpilih, mau enggak mau aku harus bisa bertanggung jawab atas amanah yang diberikan padaku. Meskipun pada akhirnya kekalahan yang terjadi, tetapi aku cukup senang karena telah mendapat sebuah pembelajaran baru.

Ditahun berikutnya, aku dipilih untuk ikut perlombaan lain, seperti LCC dan Popda cabang olahraga catur. Pada saat itu aku sedikit senang karena telah dipilih, meskipun kekalahan harus terulang kembali. Menurut kalian mungkin kalah tidak ada artinya, tetapi bagiku kekalahan adalah sebuah kesempatan yang bagus untuk bisa berkembang lebih baik untuk ke depannya.

***

"Tumbuh dari luka akibat kegagalan akan membuat kita jadi lebih kuat dari sebelumnya. Berdamai dengan diri sendiri juga dibutuhkan agar kita dapat menerima segala sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari."


***

Singkat cerita, masa-masa SMP-ku dimulai. Masa-masa ini bagiku terbilang cukup berat untuk dijalani. Bukan karena mata pelajaran yang semakin susah, tetapi karena kemampuan bersosialisasiku semakin redup. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kepribadianku yang berubah juga ikut berperan besar dalam membentuk kebiasaanku. Tidak hanya itu, pola pikirku juga ikut berubah secara drastis menuju pola pikir yang seharusnya tidak perlu aku pikirkan.

Hal itu berawal ketika pertama kali aku memasuki masa-masa SMP. Kala itu, sifatku yang terlalu anti sosial dan pendiam membuat banyak sekali ejekan yang diucapkan padaku untuk hanya sekadar hiburan bagi mereka yang mengejekku. Sehingga karena itulah pola pikirku juga ikut berubah.

"Woy, Elvan strong," ucap salah satu siswa dengan nada ejekan.

Itulah salah satu ejekan yang sering mereka katakan padaku. Aku sendiri tidak terlalu peduli dengan ejekan tersebut, meskipun sejujurnya aku juga cukup terganggu jika kata-kata tersebut selalu diucapkan padaku setiap saat. Ya, meskipun pada akhirnya ejekan tersebut hilang juga bagai ditelan bumi ketika aku sudah memasuki kelas delapan. Mungkin di kelas delapan inilah masa-masa SMP-ku mulai terasa membaik atau bisa dibilang yang paling mulus dibanding sebelumnya.

Walaupun demikian, kemulusan tersebut tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan ketika memasuki kelas sembilan, aku merasa masa-masa awal SMP-ku terulang kembali, meskipun tidak seburuk waktu itu. Di kelas sembilan ini, aku juga dipilih untuk mengikuti perlombaan yang sebelumnya pernah diikuti, yaitu lomba kaligrafi. Dikesempatan kali ini alhamdulillah aku bisa diberikan kesempatan untuk bisa maju ke tingkat kabupaten, meskipun harus kalah karena satu kesalahan fatal.

***

"Keyakinan, usaha, serta doa menjadi hal utama yang wajib kita miliki untuk menghadapi masa depan. Sehingga, masalah dan hambatan yang besar bukanlah menjadi suatu alasan untuk kita menyerah dalam menggapai impian."

***


Pandemi corona tiba ...

Kelulusan dari SMP tinggal beberapa bulan lagi. Banyak dari orang-orang yang bertanya terkait mau lanjut di mana dan jurusan apa yang akan diambil. Maka aku jawablah ingin lanjut ke SMA jurusan IPA. Sebagian dari yang bertanya kembali tanya kenapa aku memilih jurusan IPA. Mereka berpikir kalau aku pasti akan ambil jurusan IPS, soalnya nilai IPS-ku dari kelas tujuh sampai kelas sembilan termasuk tiga nilai terbesar yang ada di raporku.

Saat setelah lulus SMP dan sudah diterima di SMA, aku ingin mencoba mengubah kepribadianku lagi walaupun tidak harus seratus persen ku rubah. Meskipun cukup berat untuk merubahnya, tetapi aku harus tetap melakukannya. Karena aku ingin memperluas zona nyaman dan pertemananku.

Belajar untuk aktif dalam bersosialisasi ternyata lebih sulit dari yang kupikirkan. Sehingga sampai saat ini pun aku masih kesulitan dalam bersosialisasi dengan yang lain. Meski sudah memberusahakan diri untuk melakukannya dari hal kecil, tetapi tetap saja belum ada perubahan yang terjadi. Namun, hal tersebut tidak membuat diriku untuk menyerah dengan keadaan yang ada. Semoga untuk ke depannya kemampuan bersosialisasiku bisa jauh lebih baik lagi dan apa yang menjadi cita-citaku dapat terwujud.

***

"Jangan pernah menyerah dan tetap semangat. Teruslah berusaha dan berdoa dengan semaksimal mungkin untuk mengejar apa yang kau impikan agar meraih sebuah kesuksesan."

***


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun