Mohon tunggu...
Ayu Wulandari
Ayu Wulandari Mohon Tunggu... -

Senang mengamati. Itu saja ^__^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Papandayan, Kapankah Kau Akan Membukakan Pintu?

7 Mei 2011   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:59 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin untuk apa sampai kita semua turun tangan begini rupa. Tapi Mata Angin tetaplah Mata Angin. Sulit sekali mengecewakannya di tengah kesedihan yang coba dia pendam sendiri. Jika kau merasa perlu ada perhitungan ini-itu, nanti biar aku yang akan menyelesaikannya untukmu.

- Matahari
Ah, apa-apaan ini Matahari?! Tak perlu. Tak perlu sampai ada perhitungan segala rupa! Ah, apa sih yang ia pikirkan?! Masa aku berhitung dengan Mata Angin. Siapa yang suka melihatnya kehilangan keceriaan?? Untuk pengagumku yang nomor satu macam dia itu, kenapa aku harus tak rela mengerahkan biru??

Aduh. Aduh. Bagaimana ini? Aduh, kenapa aku jadi panik sendiri begini? Padahal panik akan mengundang Awan Abu. Haaah, baiklah. Tarik nafas dalam-dalam. Coba tenang, Langit. Cobalah tenang. Cobalah untuk t-e-n-a-n-g. Hemm.. hemm.. oh iya, apa harus aku kabarkan pada Laut?

"Jangan! Jangan kau kabarkan pada Laut! Apa kau mau ia bergolak karena mencemaskan Mata Angin??", tiba-tiba Angin menghardikku tanpa ampun. Astaga!

"Hei! Kenapa tidak boleh? Laut berhak tahu jika Mata Angin sedang tidak baik-baik saja!"

"Kau ini. Jangan ceroboh! Mereka berdua saling rindu saja sudah membuat Laut mudah berubah. Apalagi jika ia tahu Mata Angin sedih begitu. Nanti seluruhnya gelisah."

"Tapi.."

"Sudah. Lakukan saja apa yang dipesankan Matahari. Aku saja bisa menutup mulut tak mengabarkan, masa kau tak mampu, Langit?"

Huh! Dasar si Angin! Aku bisa kok! Aku bahkan sangat.. sangat.. sangat bisa menjagakan rahasia macam apa pun! Hemh, apalagi jika ini menyangkut penggemarku yang nomor satu. Aku sangat sanggup.

Tenanglah, Laut. Tenanglah, Mata Angin.

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun