Mohon tunggu...
Yudi Febrianda
Yudi Febrianda Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Community Relations Supervisor

karyawan swasta, peminat fotografi dan traveling, lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Balada Singkat tentang Pejalan, Perdebatan tak Perlu

22 April 2016   22:20 Diperbarui: 2 Juli 2022   20:09 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*disarikan dari twit pada (kalo ndak salah) tahun 2012 lalu

 

Salah satu alasan kenapa saya milih nickname "kudaliar" adalah saya paling malas diikat ama urusan yang gak prinsip. Misalnya labelisasi turis, backpacker, dst

Turis, backpacker, traveler, pelancong, peneliti atau apapunlah itu kan hanya label doang. Untuk pemanis cerita. Intinya kan berjalan ke suatu tempat dan menikmati perjalanan tersebut.

yang membedakan hanyalah niat, tujuan, tools, sarana dan modal. Lucunya ada yang sampe debat kusir urusan ginian.

Kadang suka ketawa sendiri liat perang backpacker vs koper atau turis vs traveler. Semuanya sah-sah saja kan?

Atau kemarin juga ada yang ributin traveler vs peneliti. Traveler gak ada kewajiban untuk urusan kemiskinan di lokasi, itu urusan peneliti. Dangkal!

Manusia itu dinamis. Hari ini bisa gaya a, bsk gaya b. Jadi gak usah terjebak pada labelisasi sampai twitwar segala.

Mau backpacker, turis, koper, traveler dll hanya beda kemasan doang. Substansinya adalah melakukan perjalanan ke tempat lain.

Sekali lagi, jugan terjebak pada perdebatan hal yang gak substansi. Nikmati gaya masing, hargai gaya yang lain. Semuanya gak ada yang dosa kan?

kemarin ada yang share Tentang traveler yang bertanggung jawab ama yang gak. Tentang traveler vs peneliti.

Ada yang kritik travel writer "kurang tanggung jawab" karena hanya terkesan jual keindahan tapi gak peduli kondisi sosial di lokasi tsb.

Lalu ada yang balas, “hey, kami traveler bukan peneliti. Kalo urusan kemiskinan itu urusan peneliti”

Pepatah minang, "selera cenderung ke yang enak, mata cenderung ke yang rancak". Jadi gak apa-apa travel writer hanya peduli keindahan.

Semua kembali pada tujuan, niat, kemampuan serta panggilan jiwa. Jika traveler hanya ambil kesenangan dalam perjalanan brarti hanya itu mampunya

Tapi ingat prinsip politik luar negeri indonesia, "bebas bertanggung jawab". Gitu juga dalam dunia

Sebebas2nya gaya, Sebebas-bebasnya maksud tujuan tetap harus ada tanggung jawab dan nilai yang harus dijaga sebagai seorang

Contoh tanggung jawab  adalah gak buang sampah sembarangan. Gak ngerusak alam. Gak merugikan orang lain, dll

Terkadang kita lupa suatu hal ketika traveling. Kita hanya bersenang-senang untuk diri sendiri. Tuan rumah Jadi penonton saja.

Kita terlalu asik "mengambil" dengan berbagai alasan tapi lupa kita juga ada tanggung jawab moral untuk "memberi"

Kemampuan memberi bukan hanya Tentang materi lho ya. Materi hanya bahan/alat. yang utama adalah aksi dan niatan yang kuat.

Bagi  yang baru bisa bersenang untuk diri sendiri gak apa-apa. yang penting jugan ngerusak dan hasilkan dampak negatif pada masyarakat/alam di sana

Jadi wahai para Pejalan marilah kita nikmati perjalan. Perbanyak berbuat yang positif untuk masyarakat, alam dan indonesia

Jadi wahai para Pejalan, marilah kita jaga keutuhan NKRI agar gak perlu pake paspor kalo mau ke Bali, Aceh, Papua, dll

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun