Ada yang kritik travel writer "kurang tanggung jawab" karena hanya terkesan jual keindahan tapi gak peduli kondisi sosial di lokasi tsb.
Lalu ada yang balas, “hey, kami traveler bukan peneliti. Kalo urusan kemiskinan itu urusan peneliti”
Pepatah minang, "selera cenderung ke yang enak, mata cenderung ke yang rancak". Jadi gak apa-apa travel writer hanya peduli keindahan.
Semua kembali pada tujuan, niat, kemampuan serta panggilan jiwa. Jika traveler hanya ambil kesenangan dalam perjalanan brarti hanya itu mampunya
Tapi ingat prinsip politik luar negeri indonesia, "bebas bertanggung jawab". Gitu juga dalam dunia
Sebebas2nya gaya, Sebebas-bebasnya maksud tujuan tetap harus ada tanggung jawab dan nilai yang harus dijaga sebagai seorang
Contoh tanggung jawab adalah gak buang sampah sembarangan. Gak ngerusak alam. Gak merugikan orang lain, dll
Terkadang kita lupa suatu hal ketika traveling. Kita hanya bersenang-senang untuk diri sendiri. Tuan rumah Jadi penonton saja.
Kita terlalu asik "mengambil" dengan berbagai alasan tapi lupa kita juga ada tanggung jawab moral untuk "memberi"
Kemampuan memberi bukan hanya Tentang materi lho ya. Materi hanya bahan/alat. yang utama adalah aksi dan niatan yang kuat.
Bagi yang baru bisa bersenang untuk diri sendiri gak apa-apa. yang penting jugan ngerusak dan hasilkan dampak negatif pada masyarakat/alam di sana