Mohon tunggu...
Kucril
Kucril Mohon Tunggu... -

Proyek penulisan fiksi mini kolaboratif. Silakan masuk melalui tautan di bawah untuk membaca kisah lain yang telah kami unggah. Salam. . . https://kumpulanceritakecil.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kaki-kaki Kelaparan

30 Juli 2018   01:23 Diperbarui: 30 Juli 2018   02:02 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lamunan Samsul buyar ketika Ramlan tiba-tiba menarik tangannya. Ia lihat temannya itu telah mengarahkan telunjuk ke sebuah tenda sederhana bertudung terpal biru. Tepat di sela-selanya, terlihat menjuntai sejumlah pasang kaki. Ada yang berjinjit. Adapula yang bergoyang-goyang. Samsul dan Ramlan berpandangan. Muka mereka masam. 

Tak lama, keduanya terbirit-birit sembari berteriak-teriak mencari pertolongan. Samsul kencing di celana.

***

Samsul mengusap-usap jinnya, memastikan ia tak lagi mengompol di pasar. Setelah memastikan semuanya kering, ia tersenyum. Matanya kemudian menyapu ke setiap sudut. 

Kini, setelah lima belas tahun berselang, semua masih tampak sama. Pasar yang riuh-rendah oleh pembeli yang berbelanja kebutuhan Lebaran. Pun, setiap lekuk lorong yang pernah ditelusurinya semasa bocah, yang salah satunya bermuara ke belakang pasar. Tempat bersemayam para setan ---atau iblis atau apapun namanya. Ia masih mengingatnya.

Samsul kembali tersenyum. Samar-samar ia mendengar perutnya menggeram.

"Ayunkan kakimu, Sul," hatinya mulai mendesak.

"Ujung lorong itu..."

Samsul mempercepat langkah. Ia tak mau lagi berdebat dengan hatinya. Ia sadar matahari sudah merangkak tepat di ubun-ubun. Waktunya makan siang. Kakinya sudah kelaparan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun