Hasrat dan kerinduan menuntun segalaku menyusuri jalan berliku
Di sepanjang perbatasan kota yang asing
Di antara pohon pohon tua yang begitu bijak mengahalau udara dingin
mengangkangi hamparan perkebunan kopi
dan memandangi harapan harapan bermekaran disana
yang saat terpejam seketika wajahmu menembus hatiku
Berpuluh puluh kali telah aku cundangi megahnya semeru yang agung di dalam diamnya merenung
Berpuluh puluh kali juga aku telah mengabaikan ketenangan hamparan liar selat bali
gemuruhnya tak mampu meredakan hentakan kuat di dalam dada
dengan gagah Aku memungut waktu mengikuti jejak matahari
aku selalu saja tunduk di bawah bayangan kerudung biru muda yang melangit
seolah sedang menyembunyikan wajah rembulan
di perkampungan sederhana
Di kota dingin  yang tak aku kenal
Gema azan merambati pucuk pucuk pohon kopi di sepanjang jalanan berliku
Adalah penyaksi
Bagaimana aku tak pernah bisa menghalau gelombang rindu pada altar pemujaan asmara
Sebab Kita yang tak pernah benar benar sepakat tentang cinta
Tetapi tetap saja selalu setuju bila rasa memanggil manggil
#orangGILA_dari_utara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H