Mohon tunggu...
Kurnia Trisno Yudhonegoro
Kurnia Trisno Yudhonegoro Mohon Tunggu... Administrasi - Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Memberi Makan Ibu Kota Baru

13 Agustus 2019   18:36 Diperbarui: 10 September 2019   09:02 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun untuk daging sapi dan ayam, mau tidak mau harus dipikirkan apakah kita mau membangun peternakan baru di Kalimantan atau bergantung kepada pelabuhan baru yang akan mengirimkan barang dari daerah lain. Untuk gula, minyak goreng, tepung terigu, ikan asin, dan barang lainnya yang bersifat lebih tahan lama, maka kita akan sangat bergantung kepada pelabuhan penerima barang, mengingat pabrik kebanyakan terletak di luar Kalimantan.

Untuk telur dan sayuran, maka mau tidak mau bumi Kalimantan terpaksa harus merelakan hutannya untuk dibuka, karena untuk mengandalkan pasokan dari luar Kalimantan sangatlah beresiko, daging sapi dan ayam bisa dibekukan, namun sayuran dan telur sangatlah perishable, sehingga dengan kondisi laut dan cuaca yang semakin tidak menentu, maka mau tidak mau maka harus ditanam di wilayah sekitar ibu kota baru.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk memberi makan Ibu Kota baru, dibutuhkan sekurangnya 1100 ton beras, 24 ton daging sapi (360 ton bila konsumsi 15 x lipat), 118 ton daging ayam (400 ton bila konsumsi 4 x lipat) 100 ton sayuran (belum menghitung kangkong, bayam, sawi hijau, sawi putih, kol, brokoli, tomat, wortel, kentang, kubis dll), 81 ton tahu, 75 ton tempe, 64 ton telur ayam---Per Hari. 

Ini semua berujung pada satu pertanyaan penting, sudah dipikirkankah infrastruktur Ibu Kota baru dan wilayah penunjangnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun