4.      Utusan khusus Republik Korea Selatan
5.      Utusan khusus Republik Rakyat Vietnam
Dari 17 nama ini, 3 merupakan tamu rutin setiap pelantikan, yaitu PM Australia, Sultan Brunei dan PM Malaysia. Kemudian Marilah kita telisik kepentingan masing-masing Negara, dan apa yang mereka inginkan.
Malaysia
PM Malaysia malah melakukan "selfie" bersama Presiden Joko Widodo setelah selesai beraudiensi, hal ini menunjukkan bahwa beliau santai dan relax, dan dapat terlihat bahwa hubungan ke depan dengan Malaysia akan cerah. Tindakan pembongkaran mercu suar di Tanjung Datu juga merupakan sebuah "gesture" bahwa Malaysia mengambil langkah aman, dan berharap sebuah hubungan yang lebih baik ke depannya.
Brunei Darussalam
Berhubung ukuran Negara yang liliput dibandingkan Indonesia, Sultan Brunei tampaknya akan meneruskan tradisi live and let live sambil terus menjaga hubungan baik. ASEAN telah memberikan kestabilan politik luar negeri selama hampir 4 dekade, sehingga Brunei dapat berkonsentrasi pada pembangunan Ekonomi dalam negerinya, karena itu, bagi Brunei Indonesia adalah "Pasangan Sehidup-Sematinya".
Australia
Sebagai sebuah Negara yang mempunyai hubungan sejarah dan budaya yang lekat dengan Eropa di Asia. Australia berada pada posisi yang unik pada saat ini. Ketika hampir 80 % Ekspor Australia ditujukan kepada Asia, maka secara ekonomi, Australia bergantung pada Asia, namun secara kultur dan sejarah, ia menengok ke Eropa. Indonesia merupakan partner dagang yang cukup penting, dimana ekspor Australia mencapai hampir 6 miliar dollar setahun. Yang perlu dicatat adalah tampaknya PM Tony Abbot tidak terlalu mempermasalahkan ekonomi, beliau malah lebih tertarik untuk masalah pertukaran pelajar. Ini artinya secara jangka pendek, Australia yakin bahwa perdagangan kedua Negara tidak akan terlalu banyak berubah. Sementara masalah terorisme dan perbedaan paham lebih mendesak (terutama masalah ISIS). Sedangkan undangan untuk mengikuti G-20 bisa diartikan keinginan PM Tony Abbot untuk mengenal Presiden Joko Widodo lebih jauh. Tampaknya Australia yakin bahwa walaupun Presiden Joko Widodo menaruh program swasembada pangan sebagai program prioritas, Ekspor Gandum, Daging dan Sapi Australia tidak akan banyak terpengaruh.
Singapura
Sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia dan Negara ASEAN, Singapura termasuk yang jarang menghadiri pelantikan presiden. Karena itu, kehadiran PM Singapura kemarin merupakan indicator bahwa Singapura sedikit khawatir mengenai keberlangsungan kepentingannya. Visi Maritim Presiden Jokowi merupakan hal terakhir yang diinginkan oleh Singapura. 14 % ekspor Indonesia ditujukan ke Singapura, dan sudah pasti bahwa 80 % nya akan di Re-ekspor ke Negara lain. Dengan revitalisasi Indonesia sebagai Negara Maritim, peran Singapura akan sangat termarginalkan. Kita juga bisa mendengar bahwa PM Singapura meminta Presiden Joko widodo untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia, dan ada bisnis Singapura yang mengalami kesulitan akibat sistem hukum yang idak jelas. Ini bisa kita baca sebagai, "INDOSAT punya gua, awas, jangan di buyback". Tentunya pada kemudian hari, kita bisa menggunakan ini sebagai daya tawar, mungkin dengan meminta Singapura mengembalikan control udara di sebagian wilayah Indonesia yang selama ini dikontrol oleh ATC Changi, Singapura.