Mohon tunggu...
Kurnia Trisno Yudhonegoro
Kurnia Trisno Yudhonegoro Mohon Tunggu... Administrasi - Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Charlie Hebdo dan Eropa

20 Januari 2015   23:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:43 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi yang mirip pernah terjadi pada masa depresi besar di akhir 1920an dan 1930an awal. Dan memang benturan tidak terelakkan, dimana pada masa itu yang berbenturan akhirnya adalah Fasisme, komunisme dan Kapitalisme. Jadi sesungguhnya bila sekarang terjadi benturan juga yaa tidak mengherankan.

Politik

Marine Le Pen dengan partai Front National, UKIP dengan Nigel Faraage, keduanya adalah contoh bagaimana suatu partai politik dengan agenda anti-immigran dan anti uni eropa, bisa mulai bersaing di level nasional dan tingkat Eropa. Keduanya disokong oleh kondisi ekonomi yang semakin berat, dan rasa ketidakberdayaan masyarakat untuk terus menyokong pemerintah yang sekarang. Tingkat partisipasi rakyat yang terus melorot dalam pemilu semakin mempertegas delegitimasi pemerintah.

Lalu, apa hubungannya dengan reaksi pemerintah Eropa?

Simpel sekali, Pemerintah di Eropa ingin sekali mencari satu hal yang bisa mengalihkan perhatian masyarakat dari kondisi carut marut mereka, dan muncullah beberapa orang fanatik yang menurut hemat saya, hanya sukses membunuh diri mereka sendiri dan menyiram bensin ke api yang sudah berkobar. Disinilah para pemerintah Negara-negara eropa memanfaatkan kesempatan ini untuk bersinar dan bertindak (pemerintah mana yang tidak ingin memanfaatkan momen ini ?) untuk menunjukkan bahwa semua baik-baik saja, pemerintah berfungsi dengan baik. Para politisi pun berduyun-duyun mengadvokasikan kebebasan berbicara dan dukungan terhadap pers.

Beberapa kantor berita seperti BBC, CNN, dan TIMES mengambil sikap yang lebih netral, bahkan dengan menganalogikan Frase Kebebasan berbicara yang dilakukan oleh Charlie Hebdo seperti berteriak 'Kebakaran !' di dalam sebuah Teater yang sudah penuh sesak dengan pengunjung.

Kita hanya bisa berharap bahwa rakyat Eropa, Eropa Barat khususnya, tidak terseret oleh gelombang anti- islam, anti-imigran terlalu jauh, karena bila ini terjadi, semakin sulitlah untuk Uni Eropa mewujudkan suatu masyarakat yang inklusif. Seperti yang diucapkan oleh Presiden Obama ketika berkunjung ke Inggris kemarin, " kita tidak bisa melawan fanatisme dan pandangan sempit hanya dengan pendekatan keamanan dan intelijen, melainkan dengan pemahaman bagi anak-anak muda kita". Sebagai seseorang yang pernah tinggal di beberapa penjuru dunia, Presiden Obama paham.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun