Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Nikah Muda? Apa Niat Kita?

25 Januari 2019   09:35 Diperbarui: 25 Januari 2019   09:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena nikah muda sedang merebak di kalangan muda Indonesia, ada beberapa faktor dibalik itu semua seperti budaya, desakan orang tua atau dijodohkan, hamil di luar nikah dan "trend agama".

Menikah adalah suatu hal yang positif. Namun, terkadang pernikahan anak di bawah umur kerap kita jumpai. Alasan yang paling menjadi senjatanya adalah budaya. Banyak sekali kita temui orang tua yang menikahkan anaknya sebelum lulus sekolah menenga atas, mereka lebih memilih menikahkan anak-anak mereka karena memang sudah tradisi turun-menurun. Tak usah kita jauh-jauh menengok ke daerah terpencil, cukup melimpir sedikit ke pinggiran ibu kota.

Alasan kedua yang cukup banyak terjadi adalah nikah karena kecelakaan seperti hamil duluan. Tidak bisa dipungkiri angka "Hamil di luar nikah" ini cukup tinggi. Kumparan melansir, setiap tahunnya ada 11% remaja yang hamil di luar nikah. 

Bisa kita simpulkan berarti banyak sekali remaja yang melakukan hubungan seks pra-nikah. Angka 11% adalah untuk remaja yang melalukan seks pra-nikah dan hamil, jadi kemungkinan angka remaja yang melakukan seks pra-nikah namun tidak hamil akan lebih besar.

Hal yang di atas ini menjadikan satu alasan nikah muda karena trend muncul, khususnya untuk remaja muslim Indonesia. Mengapa begitu? Pada dasarnya dalam agama islam kita dilarang untuk bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim karena takut akan menjadi zina. 

Jangankan untuk bersentuhan bahkan untuk bertatapan mata tidak boleh, maka dari itu kita dianjurkan untuk menundukkan pandangan. Sudah sangat jelas dari pernyataan di atas islam sangat melarang keras budaya pacaran. "Indonesia Tanpa Pacaran" adalah salah satu bentuk campaign yang menolak adanya penjalaran budaya pacaran ini. Walaupun sebenarnya mereka harus lebih spesifik menamai gerakan tersebut seperti misalnya, Muslim Indonesia Tanpa Pacaran atau Remaja Muslim Tanpa Pacaran.

kolase
kolase

Mulai dari satu akun tersebut lalu lahir dan banyak memunculkan akun-akun yang lain namun tetap dalam gerakan yang sama, melarang pacaran dan menganjurkan segera menikah. Menikah bukan hal yang negatif, sama sekali bukan. 

Bukan juga hal yang harus dihindari atau bahkan ditinggalkan saja. Islam sendiri memang menganjurkan menikah untuk menyempurnakan diri kita. Setelah itu akun-akun tersebut sering mengunggah sebuah postingan dimana nikah adalah sebuah jawaban dari segala hal. Seperti yang bisa dilihat dari gambar di atas.

Hal ini semakin mewabah, banyak sekali kajian-kajian islam yang alih-alih mengusung tema hijrah namun ternyata lebih fokus terhadap nikah muda. Banyak pasangan-pasangan "Selebgram" atau artis instagram yang nikah muda lalu diundang menjadi narasumber kajian tersebut. Apakah ini hal baik?

Beberapa hal ada yang terlihat salah kaprah, bagaimana terkadang ada beberapa akun yang menganggap nikah adalah perkara mudah, nikah lebih baik disegerakan secepat mungkin untuk menghindari perzinahan. Padahal suatu pernikahan bukanlah hal yang kecil, bukan suatu hal yang dilakukan hanya karena menghindari zina, namun dilakukan untuk mencari ridho Allah. Bisa saja karena adanya fenomena ini akhirnya para remaja ingin segera menikah tanpa mempertimbangkan mental dan finansial. Pasangan-pasangan yang sering dijadikan contoh mungkin memang sudah siap, apalagi sisi finansial dan tak perlu risau bagaimana nanti membuat dapur tetap mengepul. Nyatanya hal ini yang sering luput dari pandangan kita.

Apakah sudah siap menafkahi pasangan? Sudah siap menerima berapapun nafkah dari suami? Dan yang terpenting apa mental sudah siap hidup satu atap dengan pasangan kita? Menurunkan ego untuk saling mengerti?

Sekali lagi, menikah muda adalah suatu yang sangat baik. Namun, sepertinya kita harus lebih mengkaji lagi arti penting dan urgensi utama dari hal tersebut.

Bukan hanya menyatukan dua insan yang saling mencintai, tapi juga harus memikirkan bagaimana berkomitmen dengan satu orang seumur hidup kita. Bukan hanya sekedar niat mencapai "Halal", tapi juga memikirkan tentang kesiapan mental dan finansial untuk ke depannya. 

Bukan hanya tentang bisa melayani suami, tapi juga tentang bisa menjadi istri yang membawa suami ke surga. Bukan hanya sekedar sanggup memberi uang, tapi juga sanggup berlaku bijaksana sebagai pemimpin. Bukan hanya bisa menghasilkan keturunan, tapi juga mampu menjadi orang tua yang baik. Bukan hanya tentang hidup satu atap, tapi juga tentang bagaimana bisa meraih ridho Allah bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun