Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Greta Thunberg dan Upaya Penerapan Netral Iklim Sebuah Kota

30 Januari 2020   20:33 Diperbarui: 23 Maret 2021   07:34 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greta, wir gehen mit Dir (Greta, kami jalan bersamamu)| Sumber: Dokumentasi pribadi

Berlin, ibu kota Jerman misalnya emisi CO2-nya tahun 2010 kurang lebih sebanyak negara Kroasia, sebesar 21 juta ton. Atau kota London emisinya hampir sama dengan negara Irlandia. New York hampir sama dengan negara Bangladesh. 

Di lain sisi, ada kota-kota besar yang sudah sangat termotivasi, diantaranya Oslo dan Kopenhagen. Oslo sejak tahun 2015 sedikit demi sedikit mengurangi masuk mobil-mobil dengan mesin bakar, meniadakan tempat parkir di tengah kotanya. 

Kopenhagen lebih ambisius lagi, tahun 2025 akan menerapkan kota netral iklim.

Apa artinya netral iklim untuk sebuah kota? Artinya kota tersebut hanya mengeluarkan emisi CO2 sebanyak kemampuan lahan hijau dan teknologinya hingga menjadi netral. 

Di Jerman secara keseluruhan, usaha-usaha ini bisa sangat dirasakan dalam rumah dan bangunan kota. Aturan yang mengatur penggunaan energi untuk pemanasan, semakin ketat dan rumit. Namun, kerumitan ini dimudahkan dengan dana pinjaman dengan bunga sangat ringan.

Saya sulit membayangkan bila DKI Jakarta harus menghitung emisi CO2-nya. Dari lalu lintas yang padat serta selalu macet dan dari penggunaan pendingin ruangan saja, pasti emisi CO2 tinggi sekali. 

Bila Berlin menyanggupi untuk menjadi kota dengan netral iklim di tahun 2050, mungkin DKI Jakarta patut mencoba setidaknya dekade berikutnya 2060. Lalu serius mencanangkan upaya ke arah sana. 

Bayangkan saja, penduduk bumi tahun 2050 akan menjadi 9 milyar jiwa. Penduduk DKI Jakarta mungkin akan menjadi 30 juta lebih jiwa bila ibu kota tidak pindah. 

Tanpa usaha-usaha serius ke arah netral iklim, saya sedih dan kasihan membayangkan kehidupan produktif generasi nanti di tahun itu. (ACJP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun