"Wina dan Istanbul Bertemu di Sarajevo". Setidaknya itu yang disampaikan pemilik hotel keluarga, yang kami tempati di Sarajevo. Ia menyebutkan nama Mudzeliti veliki (nama yang sulit dicerna, untungnya ia tunjukkan dalam peta), di mana bila kita menghadap Barat kita melihat Wina dan menghadap Timur kita melihat Istanbul. Salah satu tempat menarik, yang kemudian kami masukkan dalam daftar kunjung kami.
Tapi pertama-tama kami menikmati Sarajevo dari atas. Kebetulan hotel keluarga yang kami tempati letaknya tepat di atas kota tua Sarajevo.
Hotel dengan makan pagi paling enak selama kami di Bosnia Herzegovina ini, hanya membutuhkan sekitar 15 menit jalan kaki menuju kota tuanya. Dari atas terlihat banyak menara mesjid bermunculan, Sarajevo, ibukota Bosnia Herzegovina ini, memiliki kurang lebih 200 mesjid, padahal penduduknya kurang dari 300 ribu orang dan hampir 80% penduduknya adalah muslim.
Untuk paspor Indonesia, biasanya masuk Bosnia Herzegovina membutuhkan visa, tapi bila kita memegang visa Schengen, dapat masuk ke Bosnia bebas.
Hanya saja, baiknya memang membawa print-out tentang pembebasan visa untuk pemegang paspor Indonesia dengan visa Schengen ini. Tidak semua pegawai imigrasi tahu tentang ini, jadi tidak heran bila pegawai imigrasi, ada yang mengatakan hanya boleh 14 hari, ada juga yang mengatakan 8 hari.
Sedikit sejarah Bosnia Herzegovina
Sarajevo memang memiliki sejarah panjang penjajahan, mulai dari bangsa Slavia, dinasti Ottoman, Austria-Hungaria, Yugoslavia. Pemicu perang dunia satu pun terjadinya di kota ini, saat Raja Austria Franz Ferdinand ditembak di jembatan Latin Sarajevo.
Walaupun begitu, sejak berabad-abad Muslim dan Kristen hidup damai berdampingan di Sarajevo. Masjid Gazi-Husrev-Beg di kota tuanya, letaknya tidak jauh dari Gereja Ortodoks dan bahkan tidak jauh juga dari Sinagoge.
Tidak heran pemilik hotel keluarga yang kami tempati, ketika mendengar bahwa kami juga muslim, dengan berapi-api menumpahkan kekecewaannya akan pengrusakan kedamaian Islam oleh para radikal dan teroris agama.
Ada saja yang tidak tahu bahwa Bosnia Herzegovina sudah aman dari perang sejak November 1995. Sebetulnya secara internasional, Bosnia sudah merdeka sejak tahun 1992 tapi Serbia tidak mau menerima ini, sehingga dari tahun 1992--1995 perang pun tidak bisa dihindari.
Negara asal Yugoslavia sekarang terpecah menjadi 6 negara, yakni Kroasia, Slovenia, Makedonia, Bosnia Herzegovina, Montenegro, Serbia (dan Kosovo masih dalam konflik, belum jelas).
Ibukota Bosnia Herzegovina adalah Sarajevo. Sarajevo terletak dalam lembah berbentuk mangkuk, sehingga saat perang dari tahun 1992 -- 1995 penduduk Sarajevo menjadi sasaran para penembak jitu, yang menembaki secara random dari atas.
Sekarang Sarajevo sudah aman, hanya sedikit sisa-sisa kekejaman perang terlihat. Keramahan penduduknya serta keunikan kota tuanya menjadi daya tarik turis mancanegara.
Yang Menarik di Kota tua Sarajevo
Yang pertama kami lewati adalah Jembatan Latin Sarajevo. Saat memotret jembatan ini, saya bukan satu-satunya turis, turis dari Cina Tiongkok, dari Eropa ramai memenuhi jembatan, kadang harus menunggu lama bila ingin memotret jembatan saja tanpa turis.
Apalagi jembatan itu juga menjadi jembatan biasa yang digunakan penduduk setempat, harus sabar menanti sampai jembatan sepi.
Gazi Husrev-beg juga tahun 1537 membuat madrasah, rumah sakit, menara jam di dekat mesjidnya. Semuanya masih berdiri tegak dan indah di tengah kota tuanya.
Saat masuk ke dalam masjid, interior masjid mengingatkan saya akan Masjid Sultan Mehmet di Istanbul tapi dalam format yang lebih kecil.
Lalu kami menuju ke Mudzeliti veliki, ternyata betul saja, jalan itu seperti membelah Wina yang sangat okziden dan Istanbul yang sangat orientalis.
Landmark terkenal kota Sarajevo yakni sumur air di Old Bazar Bascarsija, namanya Sebilj Brunnen dan masjid Dzamija Havadje Durak adalah tujuan kami selanjutnya.
Kami selalu memulai kunjungan pagi sekali, dan saat sampai di sana, matahari sangat cerah menerangi Sebilj Brunnen, sumur air ini.Â
Apalagi, sekarang ada banyak merpati di sana sehingga membuat suasana pagi menjadi lebih indah. Saya betah duduk berlama-lama di sana, menikmati matahari pagi dan suasana yang ada.
Makanan tradisional di Bosnia Herzegovina mirip makanan Turki, seperti Cevapi, Burek dan Baklava. Tidak sulit mencari makanan halal di sini. Namun, karena pilihan di restoran banyaknya daging, di akhir perjalanan saya sempat rindu salat dan sayuran.
Dari Sarajevo ke Mostar
Sewa mobil di Bosnia tidak sulit dan tidak mahal. Mata uang Bosnia adalah KM atau konvertierte Mark. Sama dengan Deutsche Mark dulu, nilainya pun sama dengan DM, hampir setengahnya Euro.
Sungguh lucu melihat sapi-sapi kadang bengong di tengah jalan menghalangi mobil lewat, maka sabar menanti sampai sapi menyingkir sendiri hehehe.
Jembatan ini juga masuk Warisan Budaya UNESCO sejak tahun 2005. Jembatan ini menjadi penghubung antara Kristen di Barat dan Muslim di Timur. Sejak dulu, jembatan ini adalah penghubung kehidupan damai dan harmonis antar agama di Mostar.
Memotret jembatan tanpa turis di jembatan ini sangat tidak mungkin. Turis dari beragam mancanegara dengan beragama bahasa meramaikan desak-desakan jalan kecil menuju jembatan. Para selfier kiri kanan depan belakang membuat kita harus tetap saling waspada.
Hal lain yang menarik dekat Mostar adalah Blagaj Tekija atau tempat tarikatnya para sufi dulu. Tempatnya ternyata cantik sekali di sumber air kota Mostar dan sekitarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI