Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jinak-jinak Merpati Inggris Raya dalam Isu Eropa

1 Juli 2016   16:52 Diperbarui: 1 Juli 2016   23:28 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Brexit, baik berita tayang Auslandsjournal di TV kedua Jerman ZDF maupun berita tertulis Jerman Spiegel, mengalir bak air bah mewartakan latar belakang keputusan brexit dan apa yang terjadi setelah gong Brexit dipukul. Sejarah, kondisi teranyar, ditambah wawancara langsung membuat saya mengerti, kehilangan Inggris Raya tidak hanya disayangkan oleh Uni Eropa tapi juga para pewarta tayang dan tertulis Jerman. Hingga berita-berita tentang insiden teror di bandara Attaturk, yang bagi saya lebih menyeramkan, pembahasannya menjadi terasa "kurang" dibanding brexit.

Exit from Brexit

Gelombang Exit from Brexit, bentuk penyesalan dari referendum yang sudah terputuskan ini, menimbulkan terbentuknya petisi pengulangan referendum terutama di London. Petisi ini sampai ditandatangi oleh lebih dari 3 juta orang. Sementara di Skotlandia, yang hasil votumnya 62% untuk remain di Uni Eropa, sedang mengusahakan supaya Skotlandia, bagaimana pun caranya bisa tetap di Uni Eropa. Hal ini membuat kepala pemerintahan Skotlandia, ibu Nicola Sturgeon, terus berhubungan langsung dengan Brüssel sebagai pusat Uni Eropa. 

Yang menarik ditulis di sini adalah, hasil wawancara dengan para voters di Inggris Raya dan pandangan para politisi penggiring brexit sebelum dan sesudah referendum, yang dituangkan oleh Televisi kedua Jerman ZDF dalam Auslandsjournal dan Spiegel. Nah ... sungguh sangat menarik liputan pandangan pribadi penduduknya, aktivis Brexit dan berita kondisi kota itu sendiri, sebelum dan sesudah brexit. 

Yang menjadi sorotan adalah kota Boston, dari hasil referendum, Boston, sebuah kota di Inggris Raya adalah pemilih terbanyak pro brexit, dari keseluruhan Inggris Raya. Sebelum referendum, para pemilih brexit berapi-api menceritakan semua kekurangan, ketidaknyamanan dan eufori akan perubahan dengan brexit ini. Tapi sesudah referendum, ketidakyakinan tampak sangat terlihat. Apa alasan mereka pro Brexit?? Dari wawancara, tidak ada isu ketidakpuasan pada Uni Eropa karena elite Uni Eropa tidak tanggap, tapi isu yang terangkat paling dominan adalah kecemburuan sosial pada imigran dari Polandia.

Perlu diketahui 13% Penduduk kota Boston memang imigran Uni Eropa yang sebagian besar datang dari Eropa Timur, tapi apakah betul banyaknya imigran masuk itu mengurangi lapangan kerja ?? Hasil yang mengejutkan karena dari penelitian akademik seperti berita yang dilansir oleh BBC di atas, dari sumber pemerintah Inggris Raya, mengatakan bahwa imigran tidak menambah naiknya angka pengangguran. Artinya, kecemburuan sosial penduduk Boston pada imigran terutama dari Polandia (anggota Uni Eropa juga) ini tidak berdasar. 

Dan yang menyedihkan dalam pandangan saya adalah orang-orang Polandia yang sudah bertahun-tahun dan belasan tahun tinggal di kota Boston, untuk sampai pada kondisi mereka sekarang di kota Boston adalah hasil mereka bekerja keras, melakukan yang tidak mau dilakukan orang lokal seperti bekerja di perkebunan, juga turut membayar pajak, tidak melulu menikmati fasilitas yang ada. 

Bahkan kecemberuan memburuknya fasilitas kesehatan karena harus berbagi dengan para imigran ini tidak mendasar. Contoh lain tidak menyenangkan yang dialami seorang pemilik bar orang Polandia di sana, adalah intimidasi dan rongrongan pertanyaan kasar masuk ke hp nya: "kapan keluar dari Inggris Raya kan referendum sudah diputuskan?". Padahal ia sudah tinggal di sana 11 tahun. 

Nasionalisme??

Bila ini bukanlah masalah nasionalisme=isme lebih merasa berhak dari para imigran, then what else ?? Contoh Boston ini adalah contoh sentimen sosial langsung yang mampu mendorong masyarakat banyak di kota-kota termarjinalkan. Mirip dengan mulai bangkitnya rasa nasionalisme Jerman dalam kondisi ekonomi Jerman yang saat itu acakadut, yang dilempar Nazi. Padahal Hitler sendiri orang Austria ... lol. Tentu, bahwa rasa nasionalis bukan satu-satunya pendorong isu brexit or exit from brexit, itu jelas.

Dari sejarah, sikap Inggris Raya terhadap masalah Eropa atau tidak Eropa ini sudah banyak lubang-lubangnya ... jinak-jinak merpati ... mau tapi gimana gitu ... Padahal orang Inggris paling terkenal Winston Churchill setelah PD kedua tahun 1946 lah yang mengusulkan ide pertama "Sebuah Persatuan Eropa", walaupun dengan notabene Inggris Raya akan mendukung Eropa tapi tidak ingin jadi bagian darinya. Inggris Raya memang berbeda kondisinya saat itu dari Eropa yang rusak berat karena perang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun