Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Beli Lotere untuk Plat Mobil

26 Desember 2015   18:43 Diperbarui: 27 Desember 2015   10:44 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Tata dan Struktur kota yang baik dan terencana sehingga mobil tidak selalu harus menjadi pilihan.

Shanghai dan Jakarta

[caption caption="Antrian MRT Shanghai di jam kerja (dok pribadi ezn)"]

[/caption]

[caption caption="Semua masuk ke MRT di Shanghai (dok pribadi ezn)"]

[/caption]Agak sulit bila membandingkan Jakarta dengan kota di Jerman, karena lalu lintas Jerman tidak menghadapi kasus yang sama dengan Jakarta yang mana jumlah penduduknya saja bisa mencapai 15-20 juta. Kota-kota di Jerman yang paling padat penduduknya seperti Berlin hanya berpenduduk 3,5 juta. Sedangkan Shanghai kebetulan suami saya baru pulang dinas dari Shanghai, penduduknya mencapai 23 juta. 

Shanghai seperti 2 kota Cina lainnya Guangzhou dan Beijing, membatasi membludaknya jumlah mobil di kotanya dengan membatasi pelat mobil. Ketakutan yang sering saya dengar di Jerman diantara pecinta lingkungan adalah kekhawatiran akan berpindahnya masyarakat Cina dari sepeda ke motor atau mobil. Dan sekarang ini sedang terjadi di sana. 2 foto di atas menunjukkan betapa banyaknya peminat MRT di Shanghai.

3 hal paling menonjol yang diamati terjadi di Shanghai adalah :

1- Pembatasan pembelian pelat mobil. Sudah lama harga pelat mobil di 3 kota besar Cina ini seharga mobil bahkan lebih mahal dari mobilnya sendiri. Pun bila ada uangnya belum tentu beruntung pula karena siapa yang mendapat pelat mobil akan dilotere. Dan uang hasil pengumpulan lotere dipakai untuk memperbaiki transportasi massal. Bagus juga ya ... konon tahun 2012 terkumpul hampir 1 milyar Euro dari lotere. Di sini saya lihat seperti sekali dayung dua pulau terlampaui, sekalian membatasi mobil juga mengumpulkan uang untuk memperbaiki kualitas transportasi massal. Per bulan hanya 9000 pelat nomor dikeluarkan di Shanghai. Tapi untuk sepeda motor listrik tidak perlu pakai nomor motor, seperti terlihat di gambar di bawah, motor listrik tanpa pelat nomor.

2- MRT yang sangat baik. MRT Jerman tidak sebaik MRT Singapura atau Shanghai, sistem pintu ganda yang aman tidak ditemui di kota-kota besar Jerman. Lihat saja di Shanghai sama dengan di Singapur pintu ganda membuat aman bagi pengguna. Selain itu harga tiketnya murah dan banyak MRT, suami saya bercerita di jam padat, kereta MRT hampir setiap 5 menit datang. Harga tiketnya antara 3-6 Yuan (kurang lebih 8 - 15 ribu rupiah).

[caption caption="MRT Shanghai - mind the gap - (dok pribadi ezn)"]

[/caption]3- Pembatasan emisi motor. Sepeda tidak lagi menjadi moda transportasi sehari-hari, kendaraan bermotor lebih diminati karena lebih cepat dan lebih nyaman. Lalu apa yang dilakukan pemerintah kota Shanghai ?? Mewajibkan semua motor yang masuk kota bermotorkan listrik. Jadi apa yang terjadi ? Sungguh menarik, tempat-tempat untuk nge-charge batere motor ditemukan di banyak pojok kota, seperti foto di bawah ini.

[caption caption="2 Kotak kuning untuk ngecharge batere motor (dok pribadi ezn) "]

[/caption]Walaupun begitu, jalan-jalan di Shanghai macet juga karena mobil adalah bukti keberhasilan terutama di kalangan muda Shanghai, karena mampu beli mobil dan mampu beli pelat nomornya. Begitulah dunia otomotif tidak hanya wujud modernisasi tapi juga identitas. Hmmmm .... Repot juga bila 1/5 penduduk dunia ini berpikir seperti ini .... (ACJP) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun