Hebohnya batu akik ini koq mengingatkan saya pada hebohnya kalung / gelang obat atau tanaman Anthurium dulu. Hampir semua orang di kantor saya dulu memakai kalung / gelang obat bermagnet karena dipercaya dapat memperlancar peredaran darah dsb, bahkan dulu pembelian kalung itu bisa dicicil lewat koperasi, lho. Masalah saya dulu, agak gatal saja kalau harus rapat dengan laki-laki berkalung di lembaga penelitian, koq rasanya salah tempat dan janggal.
Sekarang, tidak sedikit saya lihat laki-laki bercincin besar-besar ... hehehehe ... bahkan saya dengar dari obrolan dengan keluarga, ada orang yang tega sampai mengejar dan mendatangi tempat-tempat yang menjual batu akik tercanggih atau termahal. Tampaknya, seperti keasyikannya kolektor perangko, kartu pos, uang logam, komik, gantungan kunci, piringan hitam, mobil tua, mengoleksi batu akik pun menjadi hobi dan bagian dari gaya hidup. Seperti HC Andersen katakan, “Just living is not enough ... one must have sunshine, freedom, and a little flower.” Tentulah, hak setiap orang untuk menentukan gaya hidup dan what kind of little flower, yang mereka butuhkan ... no offense dari saya.
2. Infrastruktur yang baik
Yang saya suka di Belitung juga adalah infrastruktur yang baik. Jalan-jalan bagus dan tidak bolong-bolong, tidak ada kemacetan. Lapangan terbang ada, walaupun menurut saya toiletnya perlu ditambah dan lebih bersih tapi tersedia dan yang terpenting adalah airnya cukup. Rumah sakit dan tempat belanja juga ada tersedia. Untuk turis apalagi fasilitas terjamin, mulai dari toko souvenir, penyewaan sepeda, alat snorkeling, kapal dll, ada. Foto di bawah, jalanannya berwarna-warni kapur karena baru saja melaksanakan tradisi Kaleran (melempar kapur warna).
Makanan Belitung yang sangat pas di lidah saya adalah Gangan, sup ikan Ketarap. Hmmmm .... saya bisa terus-terusan menyeruput ikan dan air sup ikan, yang pedas asam segar ini (ups puasa). Lalu ditemani minuman dingin perasan jeruk kunci, lengkap sudah. Mie Atep andalan Belitung memang enak, tapi saya lebih suka Gangannya.
Wisata ke lokasi syuting dulu film Laskar Pelangi ada di urutan atas juga selain wisata alam seperti Pantai Tanjung Tinggi, melihat replika Sekolah Laskar Pelangi, mengunjungi Museum Kata di desa Gantong bahkan melewati toko A Ling menjual kapur di desa Manggar bahkan lewat di depan rumah ibunya Ahok juga .... hehehe ... Belitung dan Andrea Hirata lalu sekarang Ahok, tampaknya memang sudah tidak bisa dipisahkan lagi.