Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Meningkatkan Peran SDM dan Industri Dalam Negeri di Hulu Migas

10 April 2015   17:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:17 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perusahaan-perusahaan besar dunia tidak tanggung-tanggung untuk menanamkan modalnya di bidang Penelitan dan Pengembangan (R&D) seperti terlihat dalam tabel berikut ini, karena sudah terbukti bahwa inovasi atas produk industri adalah kunci sukses perusahaan. Tahun 2014 terlihat dalam gambar di bawah ini Volkswagen (VW) adalah  perusahaan yang menanamkan investasinya terbesar di dunia untuk R&D sebesar 13,5 Milyar USDollar, diikuti oleh Samsung lalu Intel. Gebrakan 3 perusahaan ini di pasar dunia tidak diragukan. Jadi terlihat di sini, bila ragu berinvestasi tentulah hasil inovasinya juga meragukan. Untuk itu, suntikan investasi untuk penelitian dan pengembangan industri dalam negeri perlu diseriusi untuk dapat sejajar bersaing dengan perusahaan internasional.

[caption id="attachment_409508" align="aligncenter" width="634" caption="dari http://www.strategyand.pwc.com/media/file/Proven-Paths-to-Innovation-Success.pdf"]

14288245491511948884
14288245491511948884
[/caption]

Meningkatkan Peran SDM dalam negeri

Peningkatan SDM sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kualitas guru dan praktek lapangan terutama dalam dunia penelitian, industri dan perdagangan. Di sini saya lihat untuk meningkatkan SDM di hulu migas butuh sinergi erat antara Kementrian Pendidikan, Kementrian Ristek, Kementrian Perindustrian dan Perdagangan.

Saya ambil contoh di Jerman. Kesuksesan industri bukan hanya dihasilkan oleh SDM yang mengecap kuliah atau pendidikan universitas saja, tapi juga melalui pendidikan keahlian-keahliannya. SDM yang memilih jalur keahlian tidak kuliah tapi di kelas 10 melakukan pendidikan di industri selama hampir 3 tahun.

Namun sekarang ini di Jerman, tidak sedikit industrinya lebih memilih pegawai baru, yang melalukan pendidikan lalu kuliah di Universitas atau Sekolah Tinggi. Hal ini mungkin dari pengalaman mereka orang yang telah memiliki pendidikan industri bekerja lebih baik.

Atas dasar ini pula, sekarang ini di Jerman ada model universitas atau sekolah tinggi baru, namanya Dualhochschule, di mana mahasiswanya kuliah selain di Universitas/Sekolah Tinggi juga banyak praktek di industri. Para mahasiswa yang akan kuliah di Dualhochschule ini sebelumnya harus melamar dulu di Industri lalu bila sudah diterima baru melamar ke Dualhochschulenya.

Para mahasiswa ini tentu saja dibiayai sekolahnya oleh Industri yang telah menerimanya, bahkan bila mereka lulus sekolah langsung bisa bekerja di Industri ini. Tidak main-main untuk bisa diterima dalam sistem perkuliahan seperti ini, karena calon mahasiswa harus memiliki nilai rapor yang baik dan tentu saja seketat saat pemilihan pegawai, karena biasanya perusahaan yang menyanggupi sistem seperti ini juga perusahaan favorit, seperti Mercedes, ZF, MTU, Bosch dll.

Di sini terlihat universitas/sekolah tinggi, lembaga penelitian dan industri Jerman tidak stagnan tapi selalu aktif dan dinamis dengan waktu, mencari celah untuk berinovasi dan mencari solusi kebutuhan aktual Industri. Itulah baiknya sinergi dan kerja sama, tidak jalan sendiri-sendiri.

Di Abad 21 terutama, tantangan perusahaan memang tidak akan semakin mudah. Menurut Gerd H. Prodoehl, seorang Doktor Jerman di bidang Ekonomi, Sosiologi dan Politik, konsultan Bisnis untuk Perusahaan, mengatakan bahwa  perusahaan di abad ke-21 memiliki dimensi baru ketidakpastian dan kompleksitas, yang menuntut paradigma baru untuk mengkonfrontasi dan menghadapinya.

Tidak lagi cukup menghadapi tantangan abad 21 ini dengan manajemen klasik 1.0, tapi dibutuhkan pembaruan, penambahan dan modifikasi manajemen sehingga manajemen tidak lagi hanya menjadi instrumen mencapai sukses tapi instrumen yang proaktif mencari jalur sukses, manajemen tidak lagi mengadaptasi tujuan institusinya tapi membuat institusi aktif beradaptasi untuk menggapai kesuksesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun