Lalu dari mana pemerintah Jerman menggalang dana untuk pembangunan di Jerman Timur?? Salah satu programnya dikenal dengan nama Solidaritätszuschlag atau biaya solidaritas. Walaupun awalnya menunjukkan ketidakpuasan di sana sini, namun biaya solidaritas yang merupakan urunan masyarakat se Jerman sekarang sebesar 5,5% dari pajak pendapatan, dilakukan sejak tahun 1991 untuk menutupi biaya penyatuan Jerman Barat dan Timur. Biaya ini selain untuk memperbaiki infrastruktur tentu saja juga untuk bantuan bagi industri-industri yang mau membuka lapangan kerja.
Kenapa menurut saya berhasil ?? Saya ambil contoh kota Leipzig, salah satu kota di negara bagian Sachsen, mantan DDR, dari hasil sebuah studi baru-baru ini, telah berhasil masuk menjadi salah satu dari 10 kota besar terbaik di Jerman, selain Munich, Stuttgart, Ingolstadt, Regensburg kota-kota besar di Selatan, yang memang sudah kaya karena industri dari sejak dulu kala. Apa sebab ?? Industri besar seperti BMW, Porsche dan DHL mau investasi di Leipzig sehingga lapangan kerja serta kesejahteraan masyarakat dan kota menjadi terjamin.
Eratnya sejarah kemapanan kota dan industri ini di banyak bisa ditelusuri di kota-kota yang berhasil di Jerman. Tidak ada industri bila tidak ada listrik. Produksi listrik Jerman kurang lebih 3 kali produksi listrik Indonesia, padahal jumlah penduduknya hanya 1/3 dari jumlah penduduk Indonesia, namun produktifitas negaranya memang tidak diragukan. Bila di Indonesia tahun 2012 konsumsi listrik terbesar di sektor rumah tangga sebesar 41,5% , di Jerman tertinggi 41% dipegang oleh sektor industri.
Jadi, korelasi rasio elektrifikasi sangat erat hubungannya dengan produktifitas industri, yang kemudian akan mengurangi migrasi manusia artinya mengurangi kemacetan kota-kota terutama di Jawa. Apalagi kalau saya pikir lagi, 40 triliun biaya PEMILU 2014 bisa membangun kurang lebih 4000 MW PLTU, rasanya keterlaluan bila PEMILU 2014 dalam 5 tahun tidak bisa balik modal dengan memberikan listrik yang cukup untuk rakyat. (ACJP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H