Konon bila pembangunan jembatan ini terwujud dapat menjadi ikon kebanggaan Indonesia karena jembatan ini akan merupakan jembatan terpanjang di dunia. Tapi untunglah, pembangunan ini dihentikan oleh Jokowi karena tidak cocok dengan konsep kemaritiman yang dicanangkan beliau.
Kenapa menurut saya untung, coba simak, bila kita membangun dermaga baru lalu membeli kapal ferry baru atau pun bekas waktu penyelesaian kemacetan di pelabuhan ini lebih cepat dan murah. Harga kapal buatan dalam negeri Rp 300-400 miliar per unit, sedangkan kalau beli bekas dari luar negeri, kisaran harganya 10-20 miliar rupiah, bayangkan dengan 225 triliun rupiah (di Denmark saja butuh 0,6 triliun rupiah investasi untuk menambah 2 kapal baru modern dan penambahan jalan di pelabuhan), berapa dermaga dan berapa ferry di seluruh Indonesia bisa terbangun dan terbeli.
Prioritas kerja pak Jokowi dan kabinetnya memang adalah pengembangan infrastruktur laut, konsep 'tol laut' Jokowi bukanlah membangun jalan tol di atas laut, melainkan penyediaan sistem distribusi logistik menggunakan kapal besar yang menghubungkan pelabuhan di jalur utama Nanggroe Aceh Darussalam, Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara, Maluku, sampai Papua. 'Tol laut' ini diharapkan dapat mempercepat pemerataan ekonomi Indonesia dan membantu pengiriman barang melalui jalan darat yang semakin macet, sehingga biaya logistik bisa lebih murah.
Jadi melihat wajah pelabuhan Eropa ini dan rencana pak Jokowi dengan dinaikkannya harga BBM, saya mengangguk kencang, tentu saja Indonesia butuh pelabuhan. Dengan banyak pelabuhan Indonesia sebagai negara maritimtidak hanya perekonomian dalam negeri menjadi menggairahkan tapi siapa tahu ... urbanisasi, migrasi dan kemacetan lalu lintas pun dengan begitu juga bisa diatasi, ya kan. (ACJP)
[caption id="attachment_376081" align="aligncenter" width="594" caption="Pelabuhan Rostock (Warnemuende) dari ferry (dok pribadi9"]
[caption id="attachment_376082" align="aligncenter" width="594" caption="Kembali berlayar dari Rostock (dok pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H