Mohon tunggu...
Kristogonus Tadeus
Kristogonus Tadeus Mohon Tunggu... Guru - mencitai kebijkasanaan

kristo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ada Cinta dari Yogyakarta

1 November 2023   14:19 Diperbarui: 1 November 2023   14:39 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendati diwajibkan tinggal di asrama, para siswa diberi kesempatan setiap hari Sabtu dan Minggu untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Berbekal uang jajan rp. 20.000 yang diberikan pihak asrama, mereka dibebaskan untuk plesiran di sekiatar kota Wonosobo. Pada jam yang telah disepakati, mereka harus sudah berada di asrama. Jika melanggar, sanksi pembinaan sudah menanti.

Tingginya antusiasme masyarakat menyekolah anaknya di SLB Karya Bakti,  siswa tunarungu yang diterima hanya yang mampu latih dan mampu didik. Hal ini semata-mata agar semua siswa mendapatkan pelayanan dan pendampingan yang merata. 

Selaras dengan misi sekolah, para siswa jebolan SLB Karya Bakti diharapkan mampu melanjutkan pendidikan ke sekolah umum serta berkiprah di tengah masyarakat. Untuk menggapai asa mulia ini, kurikulum sekolah umum menjadi acuan proses pembelajaran sembari menyesuaikan kondisi dan keadaan siswa melalui berbagai program khusus.

Demi mengasah ketrampilan dan menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif, saat di jenjang sekolah menengah, para siswa dibekali pelatihan melalui tiga program layanan. Ada ketrampilan menjahit, perbengkelan kayu dan besi. Sarana dan fasilitas seperti mesin-mesin dan ruangan pendukungnya memadai. 

Hanya saja, minimya pemesanan hasil produksi siswa, menjadi tatangan dalam mengembangkan unit ketrampilan. Berbagai inovasi pun terus dilakukan untuk memikat konsumen. Ambil bagian pada pameran-pameran produk local yang diselenggarakan pemerintah atau swasta, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak adalah strategi yang sedang dilakukan.

Jasmani para siswa SLB Karya Bakti yang terlihat sehat, lincah dan bugar menjadi penanda terpenuhinya kebutuhan untuk berlolah raga. Dua lapangan besar sepak bola, satu lapangan futsal dan badminton siap untuk menyalurkan bakat para siswa. Mengedepankan sopan santun dan beretika dan bertingkah laku adalah budaya sekolah yang terus dijaga dan dirawat. 

Tak heran, para siswa yang susah diatur akan "jinak" setelah masuk "kandang" Karya Bakati. Profil siswa berprestasi lengkap dengan narasinya, terpampang rapi di pelataran dinding sekolah. Wajah kalem, ramah dan terbuka yang terpancar adalah buah keberhasilan pendidikan yang kami alami saat berinteraksi dengan mereka.

SLB AB Helen Keler menjadi lembaga pendidikan terakhir dalam serial kunjungan kami. Terletak di piggirian kota Yogyakarta dan berada di tengah hamparan persawahan, dari kejauhan bangunan SLB AB Helen Keler terlihat indah dan megah. Kemegahannya hendak memberi pesan kepada siapa saja bahwa kaum disabilitas berhak untuk mendapatkan fasilitas yang pantas dan layak. 

Helen Keler sendiri adalah seorang wanita penyandang disabilitas ganda, tidak bisa melihat dan mendengar yang lahir 27 Juni 1880 di Albama, Amerika Serikat. Berkat kegigihannya serta pendampingan yang maksimal, Helen Keler menjelma menjadi sosok yang sangat istimewa: menjadi penulis, dosen dan aktivis.

Terinspirasi kisah hidup Hellen Keler, SLB AB Helen Keler menerima dan mendidik siswa disabilitas yang berketunaan ganda yakni tunanetra dan tunarungu. Bahkan ada siswa yang memliki tiga hambatan sekaligus, tunanetra, tunarung dan autis.  Sekolah yang berbasis asrama ini, melayani dan mendampingi 20 an siswa yang umumnya berasal dari keluarga yang kurang mampu serta menyandang hambatan diri yang bervariatif. Mulai dari hambatan diri ringan (mampu beraktivitas sendiri), hambatan sedang ( mandiri hanya bidang tertentu saja) sampai yang berat (membtuhhkan pendampingan ekstra).

Sulit untuk dibayangkan memang. Satu ketunaan saja, beragam kesulitan dihadapi baik pendamping maupun siswa itu sendiri.  Namun berbekal sprit hidup Hellen Keler, SLB besutan para suster konggergasi Maria Yosef, bertekad untuk mendidik kaum yang kerap disingkirkan ini. Menyalakan semangat pelayanan dibarengi ketulusan, pengorbanan, totalitas dan mengandalkan Tuhan, akan memberikan hasil yang diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun