Mengunjungi museum Jamin Ginting menjawab pertanyaan kami dan bagi siapa saja yang ingin mengenal  tentang siapa itu Jamin Ginting. Museum Jamin Ginting berada di wilayah Kabupaten Kabanjahe, tepatnya di kecamatan Tiga Panah, desa Suka.Â
Jika ingin mengunjungi museum Jamin Ginting harus menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan karena letaknya agak jauh dari jalan lintasan kendaraan umum. Lebih kurang 7 km jika diukur dari jalan lintasan Kabanjahe -- Sidikalang.Â
Kami tiba di musem Jamin Ginting lebih kurang pukul 10.30. Kedatangan kami disambut hangat dan penuh akrab oleh pihak pengelola museum. Berada di tengah hamparan lahan pertanian, udara sejuk serta arsitektur bangunan yang unik menjadi kenangan indah bagi setiap pengunjung.
Kelelahan kami setelah menempuh 3,5 jam perjalanan dari Medan terbayar dengan kemegahan museum serta koleksi barang-barang unik. Kebersihan, keindahan dan kenyaman sangat diperhatikan oleh pihak pengelola. Â
Bangunan museum terdiri dari dua lantai. Lantai satu menampilkan alat-alat pertanian dan memasak masyarakat suku Karo jaman dulu. Sedangkan lantai dua menyajikan napak tilas karir bapak Jamin Ginting semasa hidup dan beberapa peninggalan barang pribadinya. Ada seragam militer, tas, buku, foto kenangan semasa hidup.Â
Jamin Ginting memiliki banyak jasanya bagi bangsa dan negeri ini. Dia terlibat dalam beberapa pertempuran melawan penjajahan Belanda. Dia juga terlibat dalam berbagai misi diplomatik  memperjuangkan kemerdekaan. Nilai-nilai perjuangan bapak Jamin Ginting menjadi kado tak ternilai bagi kami dari kunjungan ini.
Perjalanan mendebarkan menuju Haranggaol
Setelah dari museum Jamin Ginting, kami meneruskan perjalan menuju Haranggaol. Di daerah yang terkenal dengan salah satu  penghasil ikan nila danau toba terbesar, kami berencana untuk menikmati keindahan alam danau toba.Â
Namun sesi perjalanan kami ini sedikit dihantui perasaan cemas dan hati yang berdebar-debar. Kami semua tidak menyangka jika bus yang kami gunakan ukuran terlalu panjang untuk menyusuri jalanan menuju Haranggaol yang sempit dan berkelok-kelok.
Idealnya, tipe bus yang mesti digunakan adalah yang berisi 40 penumpang. Sementara bus kami ukuran tipe 45 penumpang. Di beberapa tikungan perjalanan bus mengalami kendala yang bisa saja mengancam keselamatan kami.Â
Beberapa kali pak sopir menghela napas panjang saat bus menemui kendala. Terkadang  pak supir tak bisa menyembunyikan wajah cemas. Jalan sempit, turunan dan ada jurang di sisi kanan, membuat pak supir harus ekstra hati-hati mengemudikan bus. Kami terdiam seraya berdoa di hati masing-masing. Puji Tuhan kami tiba di pantai Haranggaol dengan selamat.