Â
Sistem Pengelolaan Tanam Nomaden
Persiapan lahan untuk ditanami sangat bervariasi tergantung kepada vegetasi yang tumbuh, curah huja, kecepatan tumbuh tanaman, ketersediaan peralatan dan latar bekang budaya setempat. Pada umumnya pengolahan lahan pada ladang perpindah berupa: tebang, bakar, tugal, dan tanam (3-T). Pertama lahan berupa hutang ditebang dan setelah daun dan rating kering dibakar. Kemudian sisa bakaran dibersihkan, tanpa membuang batang kayu yang besar. Setelah tanah dingin, maka dilubangi dengan tugal (sepotong kayu yang ujungnya diruncingkan) lalu ditanami dengan bibit yang diinginkan. Dengan demikian pengolahan tanah yang menonjol adalah "land Clearing".[3]
Â
Alat tugalan dibuat dengan bagus dan halus dari jenis kayu tertentu yang keras, seperti ulin atau kayu kermunyikng. Panjangnya sekitar 150 cm. Ujung tugal yang digunakan untuk melubangi tanah diruncingkan. Bagian yang runcing ini berdiameter sekitar 3 cm sampai 4 cm dan bentukannya semakin mengecil ke bagian ujung lainnya. Ujung tugal yang satu adalah tempat pegangan si penugal dan bergaris tengah sekitar 2,5 cm sampai 3 cm.Â
Lubang tugalan dibuat besar pada permukaannya dan semakin mengecil di bagian dalam tanah sesuai dengan ujung tugal. Setelah dimasuki benih, lubang tugalan tidak ditutup kembali. Tidak sedikit pula jumlah benih yang tidak masukke dalam lubang, tetapi tercecer di permukan tanah. Perempuan yang bertugas memasukkan benih masing-masing membawa tempat benih yang disebut barakng penyiq, yaitu keranjang rotan khusus yang dianyam dengan halus. Alat ini digunakan hanya pada waktu menugal padi. Isi keranjang ini sekitar satu kilogram benih padi.Â
Keranjang benih ini dihubungkan dengan tali, ujung yang satu dihubungkan secara permanen dengan keranjang, sedangkan ujung yang lain dikaitkan dengan kaitan yang dipasang di keranjang tersebut. Setelah tali pengikat dililitkan pada pinggang perempuan, posisi keranjang terletak di samping kiri pinggang. Dengan begini, telapak tangan kiri perempuan dengan mudah meraup benih di dalam keranjang, lalu dibagikan ketangan kanan dan selanjutnya dimasukkan ke dalam lubang tugalan. Jarak antara telapak tangan sebagai penabur benih dam permukaan lubang tugalan sekitar 50 cm. Oleh karena itu, posisi penabur benih biasanya sedikit membungkuk dengan kemiringan badan sekitar 45 derajat, agar benih padi dapat persis masuk ke dalam lubang-lubang tugalan.
Â
Penabur benih yang tidak berposis badan demikian dianggap tidak santun terhadap padi. Keadaan lubang benih tergantung pada faktor jenis permukaan lantai tanah ladang dan tugal itu sendiri. Pada permukaan tanah yang bersih dari akar-akar pepohonan yang disebut asup, lubang benih akan terlihat lebih jelas sehingga lebih mudah menebarkan benih ke dalamnya, sebaliknya, pada permukaan tanah yang ber-asup, lubang benih umurnya tidak tampak jelas, karena cepat tertutup kembali oleh asup. Akhirnya agak sulit memasukan benih padi. Permukaan tanah yang ber-asup ini di daerah dataran tinggi tunjung umurnya terdapat di ladang hutan sekunder. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lain sekitar 25-30 cm. Jumlah biji benih padi yang dimasukkan ke dalam lubang tidak pernah dihitung,tetapi mungkin sekitar 10-20 bulir padi. Perlu diketahui juga bahwa hampir selalu terdapat butir-butir benih padi yang tercecer di permukaan lubang benih. Jadi, tidak semua benih bisa masuk ke dalam lubang benih yang tersedia, karena faktor jenis permukaan lantai tanah, tipe lubang, alat tugal, dan keterampilan penabur benih itu sndiri. Oleh karena itu, pekerjaan ini sering juga memperlihatkan keterampilan dalam penanaman padi.[4]