Rupanya tindakan Laurend yang meminta maaf atas perbuatannya membuat para warganet kontra menyerang akun Instagram dan kanal youtube Laurend. Namun tidak lama setelah kejadian itu, Laurend mengklarifikasi bahwa permintaan maaf hanya untuk meredam keributan di tempat kejadian. Kemudian, provokator keributan berhasil diamankan oleh aparat kepolisian.
Kejadian serupa juga menimpa atlet MMA, Rudy Golden Boy. Rudy setidaknya 2 kali viral karena tindakannya melawan tingkah laku yang tidak terpuji. Yang pertama, aksinya menegur pengemudi mobil yang 'ugal-ugalan' hampir mencelakai dirinya sekeluarga. Pada akhirnya harus berujung dengan aksi 'baku hantam' oleh keduanya.
Aksi kedua adalah ketika Rudy menegur 2 orang, yang menyela antrean tanpa permisi di sebuah minimarket. Aksi tersebut juga berujung pada aksi 'baku hantam'. Nyatanya hal tersebut menimbulkan reaksi pro dan kontra di kalangan warganet.
Menyoroti komentar kontra aksi Rudy, mereka (warganet kontra) juga menanggapi hal yang sama seperti kepada Laurend Hutagalung. Mereka merasa yang boleh bertindak, hanya orang yang benar atau aparat, menggeneralisir setiap orang pasti punya salah, sehingga tidak perlu menegur, urus hidup masing-masing saja.
Kemudian juga marak ditemukan akun-akun palsu. Akun tersebut dibuat sebagai bentuk menyembunyikan identitas asli, agar lebih bebas berpendapat dan berekspresi. Hal ini bertujuan demi keamanan dan keleluasaan si pemilik akun palsu tersebut. Namun hal ini sesungguhbya berbahaya sekali. Sering kali akun palsu ini menjadi provokator memicu keributan melalui kolom komentar. Kata kasar dan hinaan terlontarkan oleh akun-akun tersebut, hal ini dibaca secara bebas bagi warganet semua usia.
Contoh saja pada konten-konten yang sering muncul di beranda, dengan tujuan meminta pertolongan dan belas kasihan warganet agar viral, dengan menunjukkan keburukan atau ketidakadilan suatu kejadian, dan lain-lain. Akun palsu ini dengan lantang menghujat pembuat konten dengan kata "urusin hidup orang aja lu?" "Hidup lu udah paling bener?" "Yaelah gitu doang sok mau viral," dan masih banyak lagi komentar-komentar provokatif semacamnya.
Kemudian, hal serupa juga menimpa kanal Dash Cam Owner Indonesia di Youtube. Kanal yang berisi kumpulan rekaman kejadian-kejadian lalu lintas alami, yang terjadi di sekitar. Rupanya banyak warganet yang minim pengetahuan namun berani berkomentar, bahkan sampai memaksakan argumennya yang jelas salah, harus menjadi benar. Tidak sedikit kata-kata kasar hingga lontaran menantang warganet lain yang berkomentar kontra terhadapnya. Tidak berhenti sampai di situ, akun asli ataupun palsu yang tersulut emosinya tersebut berani mengatur lokasi dan waktu, untuk bertemu 'adu jotos' layaknya preman atau bahkan centeng.
Kumpulan video-video pelanggar lalu lintas di Dash Cam Owner Indonesia tidak hanya berhenti sampai di situ. Banyak juga yang membela mati-matian setiap kesalahan-kesalahan yang sudah terlihat jelas salah. Namun, masih saja banyak warganet yang membela, karena asumsi-asumsi yang terkadang di luar nalar.
Di Tiktok lebih parah lagi rupanya. Media sosial pendatang baru ini sedang digandrungi banyak orang. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Rupanya rentang usia yang terpaut jauh ini menciptakan kericuhan di media sosial Tiktok ini. Ditambah dengan akun-akun palsu yang menjadi provokator, dengan berani memaksakan kehendaknya.