Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Sangat Penting Meskipun Bukan Satu-satunya Cara Menjadi Sukses

9 Desember 2022   11:18 Diperbarui: 9 Desember 2022   12:09 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PASKIBRA SMA sedang mengikuti lomba PASKIBRA tingkat Kotamadya. PASKIBRA merupakan salah satu ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah. Dokpri

Pendidikan sering kali dijadikan faktor penentu kesuksesan seseorang di masa depan. Namun sebagian orang masih saja percaya dan yakin bahwa pendidikan tidak satu-satunya faktor penting untuk menentukan kesuksesan seseorang. Bahkan, pendidikan di banyak negara menjadi sebuah kewajiban bagi setiap warga negaranya. 

Di Indonesia sendiri, setiap warga negara wajib menempuh pendidikan selama 12 tahun dan tanpa dipungut biaya. Bukan hanya itu, pemerintah Indonesia juga menyediakan SLB (Sekolah Luar Biasa) bagi orang yang merupakan penyandang disabilitas, itu pun tanpa pungutan biaya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pengertian pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Menurut Martinus Jan Langeveld, pengertian pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara susila. Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan.

Bahkan hal pendidikan tertuang dalam undang-undang republik Indonesia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 

PASKIBRA SMA sedang mengikuti lomba PASKIBRA tingkat Kotamadya. PASKIBRA merupakan salah satu ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah. Dokpri
PASKIBRA SMA sedang mengikuti lomba PASKIBRA tingkat Kotamadya. PASKIBRA merupakan salah satu ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah. Dokpri

Dalam dunia pendidikan, sudah pasti berkaitan dengan ilmu pengetahuan, namun banyak cara dalam mendapatkannya. Mulai dari pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal yang menjadi kewajiban mulai dari TK (Taman Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menengah Atas) atau SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Namun bagi yang masih ingin lebih lagi (pendidikannya), dapat menempuh program diploma (D1, D2, D3, dan D4), sarjana, magister, hingga doktor.

Namun untuk saat ini, banyak sekali program-progam pendidikan nonformal yang singkat, tanpa menempuh waktu bertahun-tahun dan tanpa mempelajari banyak materi, hanya materi yang hendak diinginkan saja kita sudah dianggap menguasai materi atau ilmu tersebut. Tidak hanya itu, kita bisa memiliki gelar Course sebagai tanda kelulusan dan haknya.

Zaman dahulu, pendidikan Indonesia sangat terpuruk. Selain kualitas guru yang masih dirasa kurang, namun karena peminatnya yang sedikit. Hal itu dikarenakan sekolah belum menjadi kewajiban, sekolah yang masih membayar, dan ketersediaan sekolah yang tidak menjamah seluruh tempat. Hal itulah yang menyebabkan Indonesia pernah berada pada tingkat SDM (Sumber Daya Manusia) yang sangat rendah. 

Masih banyak kala itu, orang-orang yang buta huruf dan sebagian buta aksara. Padahal bukan karena mereka bodoh, namun karena mereka merasakan bahwa pendidikan itu tidak penting pada dirinya. Sehari-hari orang tersebut bekerja sebagai petani, buruh, atau pekerja kasar sehingga benar-benar dirasa tidak membutuhkannya.

Di era modern saat ini, Indonesia sudah sangat berbenah. Kualitas guru sudah semakin membaik. Dahulu, pendidikan guru bisa dimulai sejak SMA, namun saat ini sudah diwajibkan minimal tingkat sarjana. Tidak hanya sarjana, di masa kini setiap guru harus memiliki standar kualifikasi profesi guru. Sehingga lulusan sarjana pendidikan bukan pasti bisa menjadi guru, namun perlu dilakukan standarisasi kembali.

Kemudian program wajib belajar yang dicanangkan pemerintah Indonesia dengan segala kemudahannya, membuat pendidikan di masa sekarang ini dapat dirasakan seluruh rakyat Indonesia di mana pun berada, walau di daerah terpencil sekalipun.

Sekolah gratis, kualitas guru yang baik, akses dan ketersediaan yang mudah, serta sosialisasi bahwa pentingnya pendidikan kepada setiap orang tua sudah sangat mendukung. Lalu apakah masih ada masalah dalam dunia pendidikan? Ya, pendidikan adalah salah satu bidang yang fleksibel sehingga dapat terus berkembang.

Wisuda program sarjana di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. PTN tersebut melakukan wisuda 2 kali dalam setahun. Dokpri
Wisuda program sarjana di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. PTN tersebut melakukan wisuda 2 kali dalam setahun. Dokpri

Berdasarkan data UNESCO, sebanyak 8% atau 60 juta anak usia SD tidak bersekolah, ada 260 juta anak tidak punya akses pendidikan. Data tersebut hanyalah sebagian kecil dari data-data mengenai pendidikan di dunia. 

Hal tersebut dikarenakan kemiskinan yang melanda sebuah negara, kota, atau keluarga sehingga pendidikan tidaklah menjadi prioritas mereka, lebih baik uang sekolah digunakan untuk bertahan hidup atau waktu bersekolah lebih baik untuk bekerja.

Ada paham-paham yang kembali berkembang mengatakan, "pendidikan tidak terlalu penting, banyak orang-orang sukses dalam hidupnya. Lihat saja Susi Pudjiastuti yang hanya SMP, lihat ibu Megawati Soerkarnoputri yang hanya SMA namun pernah berkuliah tanpa selesai, 

Eka Tjipta Widjaja (pendiri Sinarmas) yang hanya lulusan SD, Mark Zuckerberg yang drop out dari kampusnya, Bill Gates yang juga drop out dari kampusnya, dan masih banyak lagi. Pemahaman seperti inilah yang banyak membutakan sebagian orang untuk mudah menyerah atau berusaha enggan peduli terhadap pendidikan. Pendidikan masih dirasa sebuah keterpaksaan saja dan formalitas.

Dari fakta-fakta tersebut, berapa banyakkah yang bernasib seperti Bill Gates, Mark Zuckerberg, Susi Pudjiastuti, Megawati Soekarnoputri, Eka Tjipta, dan lain lain-lainnya? 

Dari total angka 60 juta anak SD tidak bersekolah, 260 juta tidak punya akses pendidikan, serta jumlah manusia saat ini telah tembus 8 miliar juta jiwa. Dari jutaan Direktur di dunia ini, berapakah jumlah yang tidak bersekolah atau tidak berpendidikan tinggi? 

Dari ratusan Presiden di dunia berapakah yang tidak bersekolah atau tidak berpendidikan tinggi? Dari 8 miliar juta jiwa manusia di bumi, berapa jumlah orang yang sukses seperti Bill Gates, Zuckerberg, Susi, atau mungkin Presiden Joko Widodo?

Dari total tersebut, sangat kecil kemungkinan sukses atau layak tanpa pendidikan. Tidak ada satu pun yang mampu menjamin setiap orang hidup layak lebih bagus dari orang lain. Tetapi pendidikan mampu memperbesar kemungkinan untuk dapat hidup layak dan sukses, memenuhi kehidupannya sendiri.

Lebih baik berpendidikan atau tidak berpendidikan? Contoh saja dalam menjadi seorang Direktur, peluang apa yang paling besar? Tentu selain kinerja dan rekam jejaknya, pendidikan yang tinggi menjadi faktor. Hal tersebut pasti menjadi pertimbangan. Manakah yang akan dipilih, seorang lulusan sarjana atau seorang lulusan magister?

Lalu bagaimana dengan sarjana yang menganggur? Ya itu, mengenyam pendidikan memperbesar kemungkinan mencapai kesuksesan. Namun, bukan sekadar sarjana, namun ilmunya. Masih banyak orang berpendidikan tinggi, namun naas tidak mempergunakan ilmunya, bahkan melupakan ilmunya.

Mendikbud Nadiem Makarim mengungkapkan, bahwa 80% lulusan tidak bekerja sesuai program studinya. Hal ini yang justru memperkecil kemungkinannya. Tetapi memang, dilihat dari faktor lain, 87% mahasiswa mengaku salah pilih program studi. Sehingga yang mereka tempuh selama 3 tahun lebih adalah bukan kemauannya, bukan bidangnya, atau bahkan hanya dijalani karena terpaksa.

Dari fakta tersebut, pendidikan masihkan penting bagi setiap manusia? Apakah pendidikan menjadi jaminan dalam meraih kesuksesan? Apakah pendidikan yang tinggi mempengaruhi keunggulan manusia tersebut dengan manusia yang lebih rendah pendidikannya? Apakah hal ini berlaku di seluruh dunia atau justru hanya berlaku di Indonesia saja? Setuju atau tidak, setiap manusia sama-sama memiliki mimpinya masing-masing dan hendak menggapainya. Namun sadarilah, masih banyak manusia yang memiliki mimpi terbatas karena ia tidak pernah tahu bahwa kehidupan ini tidak pernah terbatas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun