Pada dasarnya megalomaniak adalah masalah kejiwaan yang berujung pada depresi bahkan demensia. Risiko megalomania sejatinya berawal muncul ketika seseorang memiliki rasa percaya diri yang amat tinggi dan hasrat yang berlebihan untuk menjadi dominan atau sempurna. Berikut tingkatan dalam megalomania:
Tahap pertama.
Megalomaniak merasa selalu ingin dibandingkan dengan orang-orang. Dimulai dari orang yang nasibnya lebih buruk dari dirinya, sehingga ia merasa tersanjung dan terhormat, bisa menjadi orang yang lebih baik dari orang tersebut.Â
Tahapan ini masih sebatas ingin diakui, dipuji dengan apa yang ia lakukan atau ia ceritakan.
Tahap kedua.
Megalomaniak tidak segan-segan untuk ingin membandingkan dirinya dengan orang lain yang dipandang hebat. Ia ingin dirinya menjadi dominan, menjadikan dirinya lebih dihormati dan dikagumi oleh orang banyak.Â
Tidak segan-segan seorang megalomaniak 'menjelekkan' orang lain yang menjadi 'pesaingnya', baik masa lalu orang tersebut, aib orang tersebut, sampai ke tahap fitnah. Ia tidak mau dirinya dibandingkan lebih rendah dari orang lain, terutama orang-orang yang menjadi buah bibir di kalangannya.
Tahap ketiga.
Dari segi fisik dan mental, seorang megalomaniak semakin serius. Depresi muncul karena sudah habis akal untuk tampak 'bersinar'.Â
Orang tersebut sudah tidak mendapatkan pujian, bahkan sudah dianggap orang 'halu' (halusinasi), dijauhi orang-orang sekitarnya. Pada tahap ini, depresi memuncak sehingga timbul keinginan untuk bunuh diri, demensia pun berkembang.
***