Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Saya Hidup di Mana Awkarin jadi Panutan

28 Agustus 2016   01:33 Diperbarui: 29 Agustus 2016   11:42 2045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karin Novilda atau akrab disapa Awkari, adalah salah satu seorang Selebgram (Selebriti Instagram). Akunnya dianggap sangat menarik, kontennya mengandung foto-foto dirinya dengan kehidupan sosialnya. Tidak lain juga barang-barang yang ia kenakan, bahkan termasuk kisah cintanya dengan Muhammad Gaga.

Awkarin tersorot begitu tajam karena begitu berubah. Perubahannya dari anak yang berprestasi dan bertampang polos, kemudian menjadi wanita yang dewasa dan kekinian. Tampangnya layaknya wanita sosialita dan begitu bebas. Seperti tidak ada batasan dalam menampilkan ekspresinya. 

Beberapa kali foto-fotonya mendobrak nilai norma agama dan kesopanan. Ambil saja contohnya dalam hubungannya dengan Muhammad Gaga. Ia dengan kekasihnya beberapa kali bermesraan dengan ciuman bibir yang diunggahnya di Instagram. Konsumsi rokok (baik tembakau dan vape) diumbarnya sebagai bentuk daya tariknya. Namun, semua mendapat apresiasi yang kuar biasa dari pengikutnya.

Awkarin juga sering mengunggah videonya dengan kata-kata diluar batas sopan. Seperti nama binatang dan alat kelamin sering diumbarnya bersama teman-temannya. Kesannya memang hanya bercanda, namun hal ini sudah kelewatan, apa lagi ia adalah seorang wanita. Memang gender tidak lagi masalah, tetapi seorang wanita yang seharusnya lemah lembut dan menjaga keanggunannya, justru mengumbar sisi liarnya.

Awkarin menjadi wakil dari hati kecil remaja masa kini. Gawai mahal, bir, rokok, cinta, mobil, dan kemewahan lain diinginkan oleh remaja masa kini. Seolah hal tersebut adalah hal sangat menyenangkan, bahkan kebutuhan pokok bagi mereka. 

Setelah sekolah yang memakan waktu dari pukul 06.30 hingga pukul 14.00 paling cepat, mereka butuh merenggangkan pikiran mereka. Bersenang-senang dengan cara mereka. Tidak lagi merupakan hal aneh bagi mereka, jika orang dewasa dan sebayanya mencibir. Mereka cuek karena gaya hidup sudah sangat dibutuhkan.

Kehidupan di kota metropolitan memiliki banyak persaingan. Daya tarik begitu hal utama agar tetap menjadi sorotan. Bahkan, penampilan menjadi sebuah hal utama dibandingkan kemampuan. Atau mungkin kemampuan tanpa penampilan yang baik, akan dirasa sangat kurang. Ibarat air tanpa gula, itulah penampilan sebagai pemanis. Inilah kehidupan Indonesia secara umum saat ini. 

Gaya metropolitan dan kebarat-baratan semakin marak, bahkan melebihi dari takaran kewajaran. Tidak jarang kita sulit membedakan yang kaya dan miskin dari penampilan. Bahkan dari sisi gawai saja sulit, masyarakat menengah ke bawah pun kini bisa memiliki iPhone terbaru.

Kita juga bisa lihat dari demo kaum buruh yang rutin dilaksanakan pada 1 Mei. Mereka menuntut kesejahteraan, padahal mereka sendiri sudah memiliki gawai terkini dan mahal, bahkan kendaraan yang tidak murah harganya. 

Beberapa kali tersorot, buruh berdemo dengan sepeda motor Kawasaki Ninja, Honda CBR, Honda Tiger, Yamaha V-ixion, bahkan lain-lainnya. Bisa saja benar apa yang mereka tuntut, karena semua itu adalah hal yang wajib mereka miliki. Kita hidup dimana gaya lebih penting dibandingkan nasi. Tetapi hidup tanpa daya tarik takkan dilirik.

Awkarin adalah salah satu sosok yang tersorok publik karena latar belakangnya, dari culun menjadi gaul. Perubahan ekstrem begitu terjadi dalam beberapa tahun saja. Sebenarnya jumlah Awkarin-awkarin lainnya sangay banyak di negeri ini. Tidak sedikit kita jumpain di media sosial, remaja dengan segala kehidupan glamornya dipamerkan. 

Gawai terkini selalu digunakan dan diperlihatkan, sebagai tanda ia adalah orang mampu. Belum lagi kendaraan yang menjadikan pelengkap kemapanan. Perhiasan dan rias juga menjadi tren masa kini. Awkarin contohnya, cukup memasang foto lipstik, orang-orang akan berbondong-bodong memberikan Like kepada fotonya, belum lagi mereka akan mencari barang seperti pada gambar tersebut.

Di media sosial sering anda temui remaja dengan kekasihnya begitu mesra, tak lain dengan berbagai pose yang tidak sesuai dengan norma agama dan kesopanan. Tidak lama terlihat anak SMP dipegang payudaranya oleh kekasihnya, bahkan teman-temannya. Ada pula yang berfoto ciuman bibir dengan kekasihnya. 

Hal yang paling sering remaja lakukan adalah mengumbar kisah asmaranya di lama media sosialnya. Ketika berpisah, tak ada ragu dan rasa malu bagi mereka, bahkan dalam kembali berhubungan, hal sama akan tetap dilakukan.

Cafe dan diskotek dengan hidangan bir semakin menjamur. Tamu yang berdatangan didominasi oleh remaja-remaja sekolah, maupun masih kuliah. Lucunya mereka datang beramai-ramai dengan waktu yang larut malam. Situasi yang tidak dapat dipungkiri, orang tua yang memberikan kebebasan tak terbatas kepada anak-anaknya. 

Pakaian mewah dan trendy kian menghiasi tubuh. Rias dengan patokan rias seperti Awkarin selalu dipersiapkan. Tidak lupa rokok sebagai penambah rasa gaul dan sebagai timer ketika nongkrong. Bir juga melengkapi agar memberi kesan rileks dan fly, sehingga begitu lepas dalam berekspresi.

Saya hidup dimana Awkarin menjadi pujaan. Entah saya demikian bingung dan kecewa, setelah saya tahu SMA Negeri 10 Bekasi mengundang Awkarin dalam sebuah pentas seni. Awkarin mendapat label artis yang dipuja remaja masa kini. Secara tidak langsung kita harus sadar, Awkarin yang kini diangkat menjadi tokoh, mampu menciptakan Awkarin-awkarin lainnya. Sisi kehidupan gaul Awkarin mampun mencuci otak remaja yang begitu apatis pada gaya.

Dampak hal ini akan semakin membuat remaja cepat dewasa. Pola pikir mereka yang terkesan dewasa, akan berbeda dengan dewasa murni. Mereka merasakan dewasa yang mereka alami adalah dewasa sesungguhnya, lain dengan dewasa yang tua dan kampungan. Pendidikan tidak bisa disalahkan, karena kontrol yang baik adalah banyak aspek.

1. Aspek keluarga: Keluarga seharusnya lebih terbuka dan mampu mengawasi anaknya. Terlebih dalam segala hal, bersahabat dengan anak mampu membuat anak percaya diri dam menjaga dirinya.

2. Aspek sosial: Sosial yang baik dimulai dari sosial yang terdekat, yaitu tetangga. Jikalau tetangga yang baik, kondisi sosial akan membaik. Keakraban yang diciptakan mampu memberikan rasa nyaman, sehingga anak tidak akan mencari pergaulan diluar. Kemudian merambah dengan teman-teman sekolahnya. Hal tersebut lebih terkontrol karena terpacu pada sekolah. Anak-anak tergabung dalam satu sekolah dan saling diketahui.

3. Aspek media sosial: Melarang konten porno tidak begitu berpengaruh untuk menurunkan pengakses porno di kalangan remaja. Justru hal-hal kecil yang menjurus kesana akan lebih berbahaya. Contohnya dalam cerita dewasa, sharing tentang gaya hidup, seksi, membangun tubuh yang indah, dsb lebih merangsang. 

Karena memang hal tersebut yang menciptakan naluri seks sebenarnya. Tanpa video porno, seorang wanita dengan tubuh seksi dan montok, akan menggiurkan. Apa lagi orang tersebut memakai pakaian seksi dan pergaulan bebas. Karena penonton porno takkan teringat hal tersebut jika sekelilingnya tak bertubuh seksi dan penampilan seksi.

4. Aspek media: Televisi sebagai media hiburan menjadi role model bagi penontonnya. Penonton yang mencintai atau menggemari suatu film, akan menjadi penggemar atau fans. Maka dari itu, kontrol media sangat penting. Jika kita lihat tayangan masa kini sangat tidak lazim, hal itu ditiru oleh remaja karena menarik. Selain menarik, tidak ada teguran dan terus menerus. Bayangkan saja, apa lagi pemerannya adalah artis. Sangat menarik bukan?

5. Aspek agama: agama dan pendidikan perannya mungkin sangat sulit. Mereka begitu gerah dengan aturan-aturan yang mengekang kebebasan mereka. Di sekolah sudah cukup lama mereka mengemban ilmu. Agama di rasa membosankan karena begitu banyak aturan dan pantangan. Realistis lebih penting dibandingkan hal demikian. Apa yang di depan mata, itulah kenyataan.

Dengan demikian, banyak faktor yang harus diubah, karena untuk diperbaiki saja sudah mustahil. Awkarin menjadi tokoh pujaan dan tidak ada sanksi bagi dirinya. Bahkan dirinya berani menantang balik yang mencibirkan. Ini adalah sebuah ketakutan besar bagi orang tua dan orang dewasa lain terhadap generasi penerus masa kini. Begitu sulit dan menyimpang sangat jauh. 

Namun, hal ini sudah berakar dan menjamur, kita yang tua berbeda dengan mereka. Tetapi, apakah hal ini mampu dihentikn atau diubah? Sedangkan kita saja begitu semangat menjalankan profesi kita masing-masing di masa hidup yang semakin sulit. Mulailah dari sendiri, sadarilah. Saatnya revolusi mental yang sebenarnya, dari sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun