Namun, sebuah hasil akhir bukan berarti anda tidak membuat sebuah bentuk kertas. Semuanya tetap dengan kertas, namun sekadar laporan-laporan selama magang. Jalur ini dirasa lebih efektif dibandingkan jalur lain. Namun siapa sangka, tidak semua mampu melakukan hal ini. Setiap manusia memiliki kemampuan berbeda-beda. Mungkin saja skripsi dilakukan hanya kepada orang yang mampu menulis dan kuat dalam teori saja, dalam hal praktik merekan hanya sekadar mampu. Namun jalur magang digunakan pada orang yang mampu teori namun mereka terampil dalam hal mengerjakan sesuatu. Ya itu, ada yang mahir di teori, ada yang mahir di praktik. Hal tersebut lazim dialami setiap manusia di muka bumi.
Universitas Indonesia sebagai kiblat dan contoh pendidikan tinggi di Indonesia, dirasa selalu mengembangkan ilmunya agar tetap menjadi lulusan unggul. Sehingga kampus ini tetap saja menjadi yang terbaik dan menjadi dambaan bagi sebagian besar tamatan-tamatan SMA/sederajat. Kepuasan dan kebanggan menjadi hal utama saat ini, tentu saja karena mahasiswa tidak akan lagi merasa ilmunya tidak berguna, namun mereka akan bersyukur dan bangga pernah mengalami hal-hal demikian. Tidak perlu lagi penyesuaian, sudah terjun ke dunia nyata dalam kurun waktu lama, akan menjadi kebiasaan hingga akhirnya. Tolak ukur sudah dapat diterka, maka bayangan-bayangan tersebut sudah mampu ditebak.
Hal-hal baik seperti ini merupakan contoh pendidikan Indonesia tidak hanya diam. Universitas Indonesia juga baru-baru ini terus mengembangkan program studinya yang baru sebagai ilmu-ilmu terapan. Patutnya bukan hanya kampus top saja seperti Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bangung, Institut Pertanian Bogor saja yang produktif. Seharusnya kampus lain juga dapat menyusul dan mengimbangi hal-hal baik ini, terutama bagi kampus-kampus berplat merah. Jalur nonskripsi menunjukkan kemajuan-kemajuan dan bukti nyata bahwa pemuda-pemudi tidak tidur, namun terus bekerja dan mengembangkan segala ilmu-ilmu yang diembannya. Semoga saja langkah-langkah kebaikan ini diikuti oleh kampus-kampus lain yang bukan sekadar peningkatan fasilitas melulu yang digembar-gemborkan, namun riset pengembangan pendidikan yang memotivasi mahasiswa terus berkembang. Bayangkan saja, celaan kepada mahasiswa terus terlontar dari mulut orang-orang yang tidak mengenyam bangku kuliah dan orang-orang yang putus kuliah. Jangan mau dikatakan demikian, waktu 4 tahun tidak sedikit, dan biaya tidak murah meskipun berstatus negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H