Ini mejaku, ah tak apalah, aku buang saja air kecilku akibat minum tadi. Lagi-lagi aku rasakan tidak nyaman, 1 kakus untuk 2 jenis. Aku ingat setan layaknya malaikat, tak berkelamin. Aku yang manusia tak nyaman dan tak selayaknya disana bahkan ke kakusnyapun tak layak. Mejaku dipenuhi setan, aku takut. "Ya Allah", seruku. Aku lunasi dan aku harus bergegas. Ah, setan memang selalu punya akal, hiruk pikuk pengap tempat ini membuatku sulit bergerak. Setan memang setan, setan sedang berpesta dan aku tidak lagi tahan. Aku lari dan keluar, pulanglah aku dari markas setan. Ah, bahagianya aku
Aku lepaskan semuanya, aku rebahkan diriku dan aku merasa nyaman. Mimpi burukku menginjakkan kakiku di tanah setan. "Ya Allah, terima kasih". Teduhnya aku, damai surgawi aku rasakan disini, di tempat tinggalku, berserta kehidupannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H