Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Haji Lulung Tebar Pesona di Hadapan Mahasiswa

18 April 2016   00:41 Diperbarui: 18 April 2016   10:43 2672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dari kiri ke kanan: Abraham Lunggana, Fakhurrozi, dan M. Idrus. Sumber: news.liputan6.com"][/caption]

Beberapa waktu lalu, saya melihat selebaran di media sosial Facebook, sebuah aliansi BEM Seluruh Indonesia bekerja sama dengan BEM Universitas Negeri Jakarta mengadakan sebuah diskusi publik "Menuju Pilkada Cerdas dan Berintegritas", saya berpikir bahwa ada apa ini? Apakah politik mulai merambah kampus? Apakah politik mulai melongok kampus sebagai senjata pergerakan mereka?

Jelas saja, mahasiswa adalah agent of change. Dari banyak hal itu saya berpikir positif, wah mahasiswa hebat ya, mungkin mahasiswa ingin mengkritisi calon-calon pemimpin Jakarta, tentu karena mahasiswa mulai gerah dengan kelakuan pemerintah akhir-akhir ini yang ribut-ribut di media.

Kamis, 14 April 2016 tepatnya, acara itu diselenggarakan oleh BEM Seluruh Indonesia turut dihadiri H. Abraham Lunggana, S.H. (Haji Lulung), KH. Fakhurrozi Isaq, dan Muhamad Idrus. Hari itu saya hadir tepat pukul 14.00, saya pikir saya sudah terlambat, karena memang dalam selebaran online acara di mulai pukul 13.00.

Bertempat di Aula Brigjen Latief Hendradiningrat, diskusi umum tersebut diselenggarakan. Sebelumnya saya sedikit tertawa ketika melihat barisan mobil Toyota Fortuner hitam metalik dan putih mutiara berstiker Haji Lulung 2017. Wah, tak tanggung-tanggung saya ambil gambar dan minta tolong teman saya untuk mengambil foto saya di mobil tersebut.

Keren bukan? Saya rasa ini sungguh menggelitik, kenapa tidak? Mobil ini di pajang tepat di sebelah gedung Rektorat dan Tugu Utama Universitas Negeri Jakarta, dan anda tahu? Ini bukanlah tempat parkir, ini adalah jalanan umum dari arah gedung Teknik menuju Tugu UNJ, dan beliau-beliau ini parkir disana. Apakah ini semacam spanduk atau promosi? Entahlah.

[caption caption="Seorang pria berfoto di samping mobil Haji Lulung yang terparkir di sebelah gedung Rektorat UNJ. Sumber: Josua Kristofer"]

[/caption]

Beranjak dari sana, saya langsung menuju tempat diskusi, baru mulai rupanya. Sudah duduk di sofa yaitu Haji Lulung, Fakhurrozi, dan M. Idrus. Di sisi kiri ada dua orang panelis, di sisi kanan juga dua orang panelis, serta satu orang moderator. Panelis terdiri atas dosen UNJ dan mahasiswa UNJ (aktivis kampus), sedangkan moderator adalah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (PNJ). Mahasiswa tersebut (panelis dan moderator) lengkap menggunakan jas alamamater kampus mereka.

Di awali dengan membacakan data diri pembicara, moderator, dan panelis, kemudian dilanjutkan dengan kata-kata pembuka dari pembicara. Sungguh luar biasa ketika itu, tiga tokoh ini sangat bersemangat sekali ketika di berikan kesempatan bicara, semua waktu menjadi overtime. Namun dari ketiga tokoh tersebut, mata hadirin tertuju pada Haji Lulung yang mungkin di tunggu-tunggu, entah karena selalu kontroversi atau mungkin popularitas. Saya tidak tahu.

Ketika giliran beliau, suaranya amat kecil, namun beliau cerdas. Tokoh sebelumnya yaitu KH. Fakhurrozi baru saja membahas perihal kasus Ahok dan Jakarta, tentunya ada juga sedikit pesan untuk memilih Gubernur yang seiman. Alasannya begitu mudah disebut, dalam Al-Qur'an diwajibkan memilih pemimpin seiman, ini bukan SARA tapi ini Allah yang mengatakannya. Berikut pernyataan beliau.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al Maidah: 51)

Sedangkan M. Idrus lebih condong mengunggulkan dirinya dalam menyelesaikan masalah-masalah Ibu Kota. Berbagai macam program yang beliau tawarkan begitu cemerlang dan terkesan beliau sudah tahu semua solusi untuk masalah-masalah Jakarta. Bahkan beliau memiliki banyak data-data berupa statistik yang beliau beberkan bahkan beliau siap berbagi dan diskusi di lain kesempatan. Demikian pernyataan beliau.

Mengatasi banjir tidak bisa hanya adanya Banjir Kanal Timur, Banjir Kanal Barat, saya punya solusi untuk menghubungkan keduanya itu agar banjir semakin dapat di cegah. Kemudian sodetan-sodetan itu hanya pendek jaraknya dari Kampung Melayu hingga Cipinang. Saya punya program 1 miliar untuk 1 RW, ini jelas sanggup, Jakarta memiliki APBD yang sangat besar, bahkan saya memiliki program untuk memberangkatkan anak-anak kita kuliah di luar negeri, kalau bisa 1 RT ada 3 orang.

Kini saatnya Haji Lulung bicara, suaranya amat kecil berbeda dengan tayangan di layar kaca yang menunjukkan beberapa kali Haji Lulung marah-marah. Beliau begitu cerdas, bahkan cenderung memilih aman, pembicaraannya di buka dengan demikian.

Perihal agama atau suku, saya tidak masalah apapun agama dan sukunya. Siapa saja bisa, bahkan menjadi Presidenpun siapa saja bisa, baik dia itu Cina sekalipun. Saya tidak pernah mempersalahkan hal itu. Hanya saja bapak Ahok, Gubernur kita ini hanya bisa bicara. Ahok itu takut dengan saya, tidak berani dia bicara langsung kepada saya. Makanya kalau dia tidak pernah mau satu panggung dengan saya. Melihat saya saja dia takkan berani. Sekarang dia kasus Sumber Waras, BPK di bilang gila. Sekarang kalau Ahok berani gugat BPK, saya antar dia, pendukung saya antar. Potong kuping saya, Ahok tidak akan berani gugat BPK. Begini, Ahok itu jangan mencari kebenaran sendiri. BPK bohong? Harry Azhar (Ketua BPK) kalau bohong tuntut dong ke pengadilan. Tanya sama Ahok, berani nggak tuntut ke pengadilan. Ahok pasti nggak berani karena BPK benar. Yakin saya. Jangan cari pencitraan dan pembenaran sendiri.

Sontak hadirin memberikan tepuk tangan karena beliau begitu cerdas dan berani berkata demikian, kata-kata dari bibir Haji Lulung sangat disegani, beliau adalah Wakil Ketua DPRD. Memang akhir-akhir ini banyak yang sesumbar potong kuping, gantung diri di Monas, dsb. Tapi seorang Haji Lulung sepertinya sangat serius dan berani menantang, mungkin dasarnya karena beliau tahu perihal kebenaran.

Kemudian panelis memiliki kesempatan bertanya kepada ketiga tokoh tersebut, perihal masalah Jakarta seperti turunnya permukaan tanah di DKI Jakarta yang memakan 3-4 cm pertahunnya. Diskusi tersebut kemudian berkembang dan ternyata bukan hanya 3-4 cm, tetapi 9-10 cm pertahunnya. Hal itu disebabkan oleh beban di permukaan tanah, jelas sekali DKI Jakarta sudah banyak gedung-gedung tinggi dan besar, bisa dibayangkan berapa beban tiap-tiap gedung tersebut. Penjelasan ini juga menjawab pertanyaan kedua tentang masalah banjir di Ibu Kota.

Kemudian pertanyaan ketiga menyangkut soal rakyat Betawi, dijelaskan bahwa ketiga tokoh tersebut adalah asli Betawi, terungkap bahwa Ahok sendiri sampai saat ini masih berstatus warga Belitung. Lulung sendiri pernah hidup dan tinggal di Belitung dan paham perihal itu. Sedikit di sela-sela perbincangan, KH. Fakhurrozi menyatakan dirinya mungkin tidak maju dalam Pilgub DKI Jakarta, beliau hanya sebagai Dewan Syuro di partainya. M. Idrus sendiri berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Haji Lulung dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Lulung sempat juga bercerita dirinya sempat mau mundur dari DPRD, namun hal tersebut di cegah oleh teman-temannya di DPRD. Menurut pengakuan beliau, teman-temannya mencegah karena tidak ada lagi orang yang berani seperti beliau. Tidak ada lagi yang berani melawan Ahok.

Di tengah diskusi 2 tokoh yaitu KH. Fakhurrozi dan M. Idrus harus pamit karena ada kepentingan lain, tinggalah Haji Lulung seorang yang masih meluangkan waktu untuk berdiskusi. Sayapun harus pergi karena saya merasa hiruk pikuk hadirin yang kecewa semakin mengganggu dan tidak kondusif. Saya keluar menuju pintu keluar, tapi tunggu dulu, Haji Lulung begitu spesial menurut saya, ternyata ada banyak pengawal beliau yang berdiri di sisi paling belakang hadirin, berdiri dengan baju hitam dan tampak bukan bodyguard, saya rasa mereka centeng, karena dari postur tubuhnya tidak tinggi besar, tapi tetap gagah. Wajahnya tampak sekali khas pribumi (Betawi).

Setelah keluar dari gedung pertemuan, saya melihat sorotan orang-orang kepada mobil Haji Lulung, ada yang berpikir positif dan ada juga yang negatif. Ya, jelas hal tersebut dapat dikatakan kampanye karena adanya stiker Haji Lulung 2017 di titik utama sebuah kampus negeri. Bahkan petugas parkir ada yang geram melihat hal tersebut, ya kekecewaan hadir karena merasa mahasiswa bukan lagi penyambung lidah rakyat, tetapi mulai di setir oleh politik atau penguasa, ujar petugas parkir yang tidak mau disebutkan namanya. Padahal, jika saja petugas parkir ini ikut diskusi ini, pasti beliau tahu bagaimana Haji Lulung begitu tebar pesona dengan semangatnya untuk membenahi DKI Jakarta.

Mahasiswa tidak sedikit yang tertawa kecil sambil melihat mobil-mobil berstiker tersebut, lucu memang, tapi ya mau bagaimana? Namanya juga usaha demi DKI 1, he he he. Boleh dong, mau pilih silakan, mau tidak ya tidak apa-apa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun