[caption caption="Dari kiri ke kanan: Abraham Lunggana, Fakhurrozi, dan M. Idrus. Sumber: news.liputan6.com"][/caption]
Beberapa waktu lalu, saya melihat selebaran di media sosial Facebook, sebuah aliansi BEM Seluruh Indonesia bekerja sama dengan BEM Universitas Negeri Jakarta mengadakan sebuah diskusi publik "Menuju Pilkada Cerdas dan Berintegritas", saya berpikir bahwa ada apa ini? Apakah politik mulai merambah kampus? Apakah politik mulai melongok kampus sebagai senjata pergerakan mereka?
Jelas saja, mahasiswa adalah agent of change. Dari banyak hal itu saya berpikir positif, wah mahasiswa hebat ya, mungkin mahasiswa ingin mengkritisi calon-calon pemimpin Jakarta, tentu karena mahasiswa mulai gerah dengan kelakuan pemerintah akhir-akhir ini yang ribut-ribut di media.
Kamis, 14 April 2016 tepatnya, acara itu diselenggarakan oleh BEM Seluruh Indonesia turut dihadiri H. Abraham Lunggana, S.H. (Haji Lulung), KH. Fakhurrozi Isaq, dan Muhamad Idrus. Hari itu saya hadir tepat pukul 14.00, saya pikir saya sudah terlambat, karena memang dalam selebaran online acara di mulai pukul 13.00.
Bertempat di Aula Brigjen Latief Hendradiningrat, diskusi umum tersebut diselenggarakan. Sebelumnya saya sedikit tertawa ketika melihat barisan mobil Toyota Fortuner hitam metalik dan putih mutiara berstiker Haji Lulung 2017. Wah, tak tanggung-tanggung saya ambil gambar dan minta tolong teman saya untuk mengambil foto saya di mobil tersebut.
Keren bukan? Saya rasa ini sungguh menggelitik, kenapa tidak? Mobil ini di pajang tepat di sebelah gedung Rektorat dan Tugu Utama Universitas Negeri Jakarta, dan anda tahu? Ini bukanlah tempat parkir, ini adalah jalanan umum dari arah gedung Teknik menuju Tugu UNJ, dan beliau-beliau ini parkir disana. Apakah ini semacam spanduk atau promosi? Entahlah.
[caption caption="Seorang pria berfoto di samping mobil Haji Lulung yang terparkir di sebelah gedung Rektorat UNJ. Sumber: Josua Kristofer"]
Beranjak dari sana, saya langsung menuju tempat diskusi, baru mulai rupanya. Sudah duduk di sofa yaitu Haji Lulung, Fakhurrozi, dan M. Idrus. Di sisi kiri ada dua orang panelis, di sisi kanan juga dua orang panelis, serta satu orang moderator. Panelis terdiri atas dosen UNJ dan mahasiswa UNJ (aktivis kampus), sedangkan moderator adalah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (PNJ). Mahasiswa tersebut (panelis dan moderator) lengkap menggunakan jas alamamater kampus mereka.
Di awali dengan membacakan data diri pembicara, moderator, dan panelis, kemudian dilanjutkan dengan kata-kata pembuka dari pembicara. Sungguh luar biasa ketika itu, tiga tokoh ini sangat bersemangat sekali ketika di berikan kesempatan bicara, semua waktu menjadi overtime. Namun dari ketiga tokoh tersebut, mata hadirin tertuju pada Haji Lulung yang mungkin di tunggu-tunggu, entah karena selalu kontroversi atau mungkin popularitas. Saya tidak tahu.
Ketika giliran beliau, suaranya amat kecil, namun beliau cerdas. Tokoh sebelumnya yaitu KH. Fakhurrozi baru saja membahas perihal kasus Ahok dan Jakarta, tentunya ada juga sedikit pesan untuk memilih Gubernur yang seiman. Alasannya begitu mudah disebut, dalam Al-Qur'an diwajibkan memilih pemimpin seiman, ini bukan SARA tapi ini Allah yang mengatakannya. Berikut pernyataan beliau.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al Maidah: 51)