Mohon tunggu...
Kristiyanto
Kristiyanto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Pamulang Prodi Akuntansi

Seorang yang Sedang mencari jati diri dan jodoh sejati, dan sedang mencoba untuk belajar menulis sebuah artikel , hobinya makan dan mencari inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Lentera di Bawah Awan

13 September 2024   09:14 Diperbarui: 14 September 2024   23:25 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat tangannya menari di atas kertas, ingatannya melayang pada malam-malam penuh kesendirian, pada lagu-lagu yang dulu ia ciptakan namun kini terkubur dalam kenangan. Musik selalu menjadi bahasanya, namun sejak kehilangan seseorang yang ia cintai, nada-nada itu berubah jadi sunyi.

Tiba-tiba, kalimat itu muncul dalam pikirannya, kuat dan jelas: “Ada melodi yang tak pernah usai.” Itu adalah tagline yang kini melekat di benaknya—seperti sebuah janji tersembunyi dalam musik yang ia dengar dari pria itu. Melodi yang ia pikir sudah mati ternyata masih ada, masih bernafas di antara setiap detak jantung dan hela nafasnya.

Di tengah renungannya, Alana menyadari sesuatu. Kehidupan, seperti musik, tak selalu sempurna. Ada nada yang salah, ada irama yang terputus. Tapi justru di situlah keindahannya. Kehidupan adalah melodi yang tak pernah usai, sebuah lagu yang terus berlanjut meski penuh dengan patah hati, keraguan, dan kerinduan yang mendalam.

Dengan semangat yang baru, Alana menutup bukunya dan memutuskan untuk kembali ke tempat itu—tempat di mana ia mendengar melodi yang menggetarkan hatinya. Ia tahu, pria itu adalah kunci untuk menemukan kembali bagian dari dirinya yang hilang. "Di balik setiap luka, ada sebuah nada yang tersimpan. Dan mungkin, nada itulah yang akan membawa kita kembali ke cahaya."

Dengan langkah pasti, ia berjalan keluar, meninggalkan kesendiriannya, mengikuti irama yang perlahan mengembalikannya pada kehidupan yang penuh warna.

“Ada melodi yang tak pernah usai.

 

Chapter 3

"Di Antara Dua Nada"

Suara langkah kaki Alana terdengar pelan di trotoar basah yang masih dibalut sisa hujan semalam. Pagi ini, ia berjalan ke arah yang sama, menuju tempat di mana ia pertama kali bertemu pria dengan gitar tua itu. Ada dorongan tak terlihat yang menariknya kembali, seolah ada nada yang belum selesai dimainkan. Di hatinya, ia terus mengulang kata-kata yang semakin menjadi mantranya: "Ada melodi yang tak pernah usai."

Setibanya di sana, kafe kecil itu terlihat sunyi, namun sudut jalan yang ia cari kosong. Pria itu tidak ada. Hanya ada udara yang dingin dan jalanan yang sepi. Alana berdiri di sana beberapa saat, mencoba mendengarkan, berharap suara gitar itu muncul lagi. Tapi yang terdengar hanyalah bunyi kehidupan yang biasa—kendaraan melintas, suara langkah kaki orang-orang yang lewat. Seolah malam yang lalu hanya mimpi yang sekarang memudar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun