Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bahagia itu Sederhana

16 Juli 2022   05:00 Diperbarui: 16 Juli 2022   05:45 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : profil.digitaldesa.id

                 Angin sepoi-sepoi menambah syahdu malam ini. Tak seperti biasa masih berkutat pada pekerjaan yang dibawa pulang. Kali ini melemaskan kaki serta tangan, merupakan anugerah tak ternilai.

Membuka handphone, mengetik di kolom 'search' tentang wisata di sekitar kota. "Healing dulu ahh," kata-kata anak muda yang sedang viral. Lama tak memanjakan diri, melihat pemandangan atau menikmati karya Tuhan di alam terbuka.

Tiba-tiba muncul tempat wisata yang judulnya menarik, hemat kantong serta viewer jutaan. Rasa penasaran jadikan klik video berdurasi sepuluh menit itu.

"Owhhh ini ternyata, kapan hari diperbincangkan orang-orang," kataku setelah video ini berakhir.

Jari ini tak sabar memutar nomer para sahabat, Beni dan Dian. Kami bercengkrama panjang kali lebar, bagai gayung bersambut, kami mengagendakan minggu depan touring ke sana.


             Hari dinanti tlah datang, matahari masih tertidur lelap,  dengan motor dan jaket tebal kami berangkat. Dua jam dari kota menelusuri jalan yang masih asri, banyak pohon serta sawah menyejukkan mata, ketika tiap hari disuguhi bangunan bertingkat. Akhirnya sampai di kawasan wisata, kami memarkir motor lalu menuju arah loket. 

Matahari seolah baru bangun dari peraduan, sehingga banyak kios pedagang masih tutup. Kali ini tak ada ekspektasi tinggi dalam benak, karena sesuai ticket. Belajar dari pengalaman, bagus di video namun realita 180 derajat. Setelah melalui pengecekan ticket, kami menuruni jalanan lewat tangga.  Bertemu pohon besar serta sumber air jernih. Ini merupakan kawasan sumber mata air penduduk sini. 

Kemudian berjalan turun, terlihat waterboom kecil buat anak-anak bermain, serta tampilan beberapa spot foto serta ayunan di atas air. Cukup kaget, ternyata indah serta menarik  view belakang yang merupakan persawahan. Memang aliran di bawah berupa sungai namun airnya jernih sekali. 

Rasa ingin berlari ke tengah sawah sambil melepas penat dengan berteriak, hingga kedua sahabat menyusul. Kami bermain serta berfoto di tengah padi-padi yang mulai menguning. Sapaan sang mentari menghangatkan tubuh, rasa segar dan penuh energi. Setelah mendapat gambar terbaik,  kami melanjutkan ke air terjun yang dibilang epic. 

Image : shutterstock.com
Image : shutterstock.com

                 Air terjun itu setinggi 8 meter, dengan bebatuan dibawah, namun sangat mempesona.  Kami bisa memanjat dan berfoto di tengah air terjun ini. Aku juga tak sabar untuk segera membawa ban melakukan river tubing. Bak anak kecil yang tak pernah main air hujan, kami bebas bermain air serta berfoto sesukanya. 

Hal paling menarik,  untuk river tubing tak ada tarif tambahan sehingga bisa sepuasnya. Memang berbeda dari tempat wisata lain, yang menyediakan fasilitas river tubing berbayar. Walau tak ada seorang pemandu serta jaket pelampung dan topi, kami belajar saling menjaga satu sama lain. Air cukup tenang, namun lumayan menghayutkan, beberapa kali hampir ban kami terbawa arus. 

Tak terasa banyak pengunjung berdatangan sehingga sungai menjadi padat, akhirnya kami naik. Sampai lupa belum sarapan, kami membeli gorengan serta mie dalam cup. Tak ketinggalan kopi panas. Setelah kenyang dan menikmati suasana, dari kami mulai bergantian bebersih. Sambil menunggu, menikmati camilan yang dibawa serta ada yang mengepulkan cerutu. Setelah semua siap, kami meninggalkan tempat ini, berjalan menuju parkiran.

                  Ekspektasiku keliru, memang benar di video itu. Tempat wisata alam yang indah, menarik, sederhana serta ramah kantong dan juga membangun rasa kekeluargaan. Banyak yang kemari dengan para anggota keluarga. Ternyata, bahagia itu sederhana. 

Tak terasa sudah di parkiran, kuraba kocek dan berikan uang goceng untuk dua motor. 

"Mas per motor, goceng." katanya mendekat. 

Aku tersipu malu, karena berpikir tarif parkir biasa. Sempat terperanga tarif parkir dan ticket masuk sama. Itulah pengalamanku, Irfan si anak bolang bersama para sahabat-sahabat terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun