Pak Burhan mengelus pundak istrinya, terharu punya istri perhatian serta ketulusan dan murah hati. Itu yang membuatnya dulu jatuh cinta pada sang istri.
"Enggak papa bu, itu sudah cukup," katanya sembari tersenyum.
Dipakai topi rajutan serta dibawa clurit di tangan kanannya.
Burung-burung berlarian menuju sangkar, tanda langit sore hari. Pak Burhan baru datang dari sawah dengan wajah lelah. Dihidangkan sayur bayam bersama mendol tempe serta sambal korek. Mereka bertiga menikmati menu sederhana itu. Terlihat kebahagiaan pak Burhan serta istrinya dan si tole, Amir.
Setelah selesai, masing-masing membersihkan diri untuk beribadah bersama menunggu magrib. Setelah adzan dikumandangkan, pak Burhan memimpin ibadah dan mengakhiri dengan saling mencium tangan. Pak Burhan masih mengaji bersama sang istri dan si tole sibuk mengerjakan PR.
Hingga ada suara pintu di ketuk, Amir membukakan dan terdengar ucapan terimakasih.
"Siapa le?" tanya bu Burhan.
Amir memberikan bungkusan kresek putih pada sang emak. Tak lama bu Burhan memanggil sang suami serta si anak untuk berkumpul.
"Ini kita dapat rejeki dari Gusti melalui bu Mardi, "kata bu Burhan dengan wajah sumringah.
"Syukur kepada Gusti, kita masih diberi kesempatan untuk menikmati ini semua. Gusti memang sayang sama ciptaanNYA. Ayo le, pimpin doa makan," kata pak Burhan meminta Amir untuk berdoa.