Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Kuatir

1 Juli 2022   05:00 Diperbarui: 1 Juli 2022   05:03 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : nimhosnan.blogspot.com

Kicau burung seolah mendendangkan nyanyian alam. Harmoni, merdu suaranya sambil ditemani secangkir kopi. 

"Dok .. dok," suara pintu menggema. Seorang wanita berwajah sendu, dengan tangan tergores penuh luka. Pak Burhan dan sang istri  mempersilahkan masuk. Sambil menjamu dengan singkong goreng serta teh manis, diobatinya luka itu dengan minyak. Terlihat tangan bu Burhan yang telaten serta penuh cinta, sambil mendengarkan cerita wanita paruh baya itu. Pak Burhan mengernyitkan kening ketika mendengarkan. 

Setelah tubuhnya segar, wanita itu pamit. Tangan bu Burhan seolah menaruh sesuatu di saku daster wanita itu. Pak Burhan pun mengantarnya pulang dengan sepeda motor.

Kedatangan suaminya disambut bu Burhan dengan suguhan singkong dan secangkir kopi. 

"Bapak, sudah ngomong ke anaknya?" tanya bu Burhan penasaran. 

Pak Burhan menceritakan bagaimana berbincang dengan kedua anaknya. Mereka bercengkrama panjang lebar mengenai keluarga kakak bu Burhan, supaya mbak Ratih bisa tenang, bisa menjaga kesehatan dan bisa diopeni oleh anak-anaknya yang notabene belum bekerja. 

Mbak Ratih seorang janda, sejak setahun suaminya meninggal. Anak laki-lakinya pertama sudah menikah serta mempunyai satu anak dan tidak bekerja, sedangkan adiknya masih sekolah. Mereka keluarga berada karena suami mbak Ratih bekerja sebagai kontraktor. Kedua putranya sulit diatur serta suka keluyuran bersama teman-temannya. Sejak kematian suami, mbak Ratih menjadi sering sakit-sakitan dan punya darah tinggi. Seringkali jatuh seperti pagi ini.

"Semoga anak-anaknya bisa berubah ya bu, " kata pak Burhan menenangkan istrinya. 

Sang suami pun pamit akan ke sawah, lalu dihabiskan kopi di cangkir itu. 

"Pak, maaf ya. Mungkin nanti malam kita puasa dulu. Singkong dan berasnya tinggal hari ini saja. Nanti siang ibu tak masak sayur bayam, yang ada di samping rumah. Ini tadi uang belanjaan tak kasihkan mbakyu," kata sang istri dengan bersedih.

Pak Burhan mengelus pundak istrinya, terharu punya istri perhatian serta ketulusan dan murah hati. Itu yang membuatnya dulu jatuh cinta pada sang istri. 

"Enggak papa bu, itu sudah cukup," katanya sembari tersenyum. 

Dipakai topi rajutan serta dibawa clurit di tangan kanannya.

Image : Pontianak.tribunnews.com
Image : Pontianak.tribunnews.com

Burung-burung berlarian menuju sangkar, tanda langit sore hari. Pak Burhan baru datang dari sawah dengan wajah lelah. Dihidangkan sayur bayam bersama mendol tempe serta sambal korek. Mereka bertiga menikmati menu sederhana itu. Terlihat kebahagiaan pak Burhan serta istrinya dan si tole, Amir.

Setelah selesai, masing-masing membersihkan diri untuk beribadah bersama menunggu magrib. Setelah adzan dikumandangkan, pak Burhan memimpin ibadah dan mengakhiri dengan saling mencium tangan. Pak Burhan masih mengaji bersama sang istri dan si tole sibuk mengerjakan PR. 

Hingga ada suara pintu di ketuk, Amir membukakan dan terdengar ucapan terimakasih. 

"Siapa le?" tanya bu Burhan. 

Amir memberikan bungkusan kresek putih pada sang emak. Tak lama bu Burhan memanggil sang suami serta si anak untuk berkumpul. 

"Ini kita dapat rejeki dari Gusti melalui bu Mardi, "kata bu Burhan dengan wajah sumringah. 

"Syukur kepada Gusti, kita masih diberi kesempatan untuk menikmati ini semua. Gusti memang sayang sama ciptaanNYA. Ayo le, pimpin doa makan," kata pak Burhan meminta Amir untuk berdoa.

Mereka menikmati ayam panggang, bihun, sambal goreng kentang serta oseng sayur, syukuran ulangtahun anak bu Mardi. Tak ketinggalan kue apem, lemper dan bolu kukus serta pisang nampak di meja makan. Mereka menikmati bersama dengan rasa penuh syukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun