Stefano tampak panik, tanpa sepatah kata pun, diputar balik motor itu. Sekalipun lawan arus, tetap dibawa motornya menuju jalan sebelumnya.
“Tambal ban yang dekat disana, “ kata-kata itu baru keluar saat di tengah perjalanan, setelah lama membisu.
Dengan sekuat tenaga menuntun motor menuju bengkel yang mereka lewati tadi. Kata-kata pertolongan dari Amri untuk gantian membawa motor tak dihiraukan. Stefano terus melangkahkan kaki berjalan, sambil tangannya memegangi setir motor.
Hingga papan bengkel itu terlihat begitu dekat, tinggal beberapa toko lagi harus terlewati. Tiba-tiba kaki Stefano tak bergerak, motor itu pun ikut terhenti. Dibuka masker yang menutupi hidungnya, ditarik nafas panjang, suara ngos-ngosan terdengar keluar. Dia ingin jeda sejenak untuk mengumpulkan energinya.
Namun, tangan Amri mengambil alih setir motor itu. Sahabatnya mengenal sosok Stefano yang perlu bantuan, namun sungkan memberitahu. Dilanjutkan perjalanan itu menuju bengkel. Kini posisi Stefano yang dibelakang, membantu mendorong karena jalan sedikit menanjak.
Akhirnya, sampai di bengkel itu, sang montir segera menyambut kedatangan mereka dengan mengambil alih motor bebek untuk ditanganinya. Sang montir tampak cekatan membuka ban dalam, lalu memompa dan dengan penasaran mencari bagian yang lubang dengan mencelupkan ke dalam air.
Tampak ‘lupp…lupp’ udara keluar di daerah ban. Lalu penasaran mencari bagian lain namun tak ada.
Stefano yang penasaran tak beranjak di sebelah montir itu, seraya berkata “bocor di mana pak?”
Wajah tua yang penuh semangat itu berkata sambil menunjukkan, “kena cop mas. Ini sampai sobek begini.”
“Begitu kenapa ya pak?” tanya Stefano semakin penasaran.
Bapak itu tersenyum, seraya berkata, “kurang angin mas.” Bapak itu terlihat sibuk mengutak atik bagian yang cop ban, tempat mengisi angin itu.