Kami berhasil melewati itu semua, sampai tiba di jalanan yang belum beraspal. Terlihat hanya batu karang dengan sedikit tanah diatasnya. Maya mencoba mencari jalan yang batunya tak curam. Cukup membuat kami terpental-pental, hingga membuat motor kami terpeleset dan hampir jatuh. Untunglah kakiku dan kaki Maya sigap menopang.
Kemudian aku turun, agar tak menambah beban motor itu. Aku berjalan, sedangkan Maya membawa motor kami. Yang tak kami harapkan terjadi, Maya terpeleset lagi dan kali ini benar-benar membuatnya jatuh.
Aku mencoba menolongnya dengan mengangkat motor karena kaki Maya terjepit badan motor. Memang jalanan sangat licin, terlihat ada genangan air, sepertinya hujan kemarin.
"Gpp mb?" tanya bapak-bapak sambil membantuku mengangkat motor.
Maya menggeleng sambil terdiam. "Gpp pak. Terimakasih."
"Ada yang terluka mbak?" tanya bapak itu kembali sambil meminggirkan sepeda.
Aku pun memberikan Maya minum dan menemani duduk di pinggir. Diatas sebuah kayu yang tergeletak.
"Enggak ada pak, hanya kaget saja," sahut Maya menjawab pertanyaan bapak yang mengenakan topi.
"Pak, air terjun apa masih jauh dari sini?" tanyaku penasaran.
"Ohh ... mbaknya mau ke air terjun. Tinggal sedikit lagi sampai. Tapi memang jalannya menurun cukup curam. Saya sarankan untuk motornya di parkir di atas saja. Tapi bila mbaknya tak kesulitan, dibawah juga ada parkiran," kata bapak itu sambil menunjuk ke bawah.