Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Zaman Edan

18 Desember 2021   12:00 Diperbarui: 18 Desember 2021   12:01 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image :babarusyda.blogspot.com

“Kehidupan di bumi merupakan gladi resik kehidupan selanjutnya”

                   Ini zaman edan, bila tak ikut edan maka dianggap alien. Tawaran surga dunia, membentuk edan para sahabatku, James dan Erickson. Tuduhan dan predikat “sok suci” ditudingkan pada diriku. Akankah marah atau ikutan edan, biar tak dianggap alien?

                 Malam temaram, kegelapan menyeruak di pikiran. Udara dingin, sosok sahabat hati dan pikiran. Teringat akan pernyataan yang dekat dan lekat denganku, “hari gini sok suci, mana bisa bertahan bung.” Kata-kata itu terus terngiang di kepala. Seperti alunan lagu, diputar, berhenti dan diputar berulang, sampai menjadi memory.
“Seorang nabi, ulama, bikhu atau santo kah aku?” hingga mendapat predikat sok suci.

                  Aku manusia penuh dosa, tak luput dari khilaf dan salah. Tak sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Andra & D’backbone, dalam lagunya yang berjudul “sempurna”. Aku sadar, kesempurnaan sejati hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kalaupun aku berbeda dari kalian, sbab nuraniku tak mati. Ajaran dari ayahanda dan sang bunda, itulah benteng pertahananku. Doa yang mereka panjatkan, pagi dan petang merupakan bahan bakar kehidupanku. Etika dan moral yang ditanamkan dan disirami setiap guruku, menjadi pohon rindang yang menaungi perjalanan hidupku.

              Pikiranku kelingan akan  ungkapan pujangga Ronggowarsito tentang “hidup di zaman edan ,gelap jiwa bingung pikiran, turut edan hati tak tahan, jika tak turut batin merana dan penasaran, tertindas dan kelaparan, tapi janji Tuhan sudah pasti, seuntung apapun orang yang lupa daratan lebih selamat orang yang menjaga kesadaran.” Selamatlah tubuh dan jiwaku karena masih sadar dibanding para sahabat yang buta oleh harta dan tahta.

Aku sama dengan kalian semua “tak suci”, perbedaan hanya pada jalan yang kita tempuh. Tujuannya sama, hanya aku lewat jalan raya sedangkan kalian jalan tol. Macet, jarak terlalu jauh, putar balik semua kutempuh, memang tak nyaman di badan namun damai di hati. Bagiku perjuangan dan proses jauh lebih penting ketimbang hasil. Dari sana aku dapat belajar, apa arti hidup yang sesungguhnya.

                   Sebenarnya kata-kata tuduhan itu, hanya sedikit menyayat di hati. Sayatan terbesar adalah ketika orang yang bertumbuh bersama dari kecil tak lagi kukenal sosoknya. Arogansi, kata-kata menyudutkan, main perintah, semena-mena, sok penting, egois seolah menyurupi para sahabatku. Aku tak mengenal lagi ketulusan hati, kemurahan, kerendahan hati bahkan senyuman pudar dari wajahnya. Kini ambisius dan keserakahan lukisan wajahnya.

Image : pngdownload.id
Image : pngdownload.id

                  Aku kangen sosok James dan Erickson, waktu kecil. Waktu kami mengenyam bangku sekolah, mengenakan sepatu usang yang robek, tapi kami tak malu memakainya. Bahkan ketika ada teman yang mengejek  salah satu diantara kami, malah dengan bangga memberitahukan ketidaksempurnaan kami. Dan kami bisa tertawa bahagia menikmati semua itu. 

Bukan hanya itu saja, ketika kami mendapat raport dan salah satu masuk peringkat 3. Kami gembira bukan kepalang bahkan menjadikan sebagai guru privat untuk mengajari kami yang lemot ini. Tak ada iri atau perasaan tersaingi sedikit pun, atas keberhasilan salah satu dari kami. 

            Namun sekarang, kami seolah saling berlomba dengan ‘kesuksesan’sebagai garis finish. Pengukurannya materi serta pencapaian-pencapaian yang bisa dipandang dan dibanggakan. Bila salah satu lebih unggul, maka kami mengkompensasi diri dengan menghalalkan segala cara. Melelahkan dan menguras energi. Maafkan aku sahabat, bila aku mulai awal hengkang dari permainan ini. Mungkin kalian mengira aku pengecut, tak apalah karena aku punya garis finish sendiri.

               Ketika kami bertemu, konten pembicaraan selalu sama, pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan. Pencapaian, pencapaian dan pencapaian. Apakah tak ada pembicaraan seperti waktu kita kecil dulu, “apakah kamu sudah bisa caranya perkalian?” Rasanya seperti oase di padang gurun, yang mengajak untuk ‘yukk berjalan bersama-sama’. Bukan hanya aku, aku dan aku, namun semangat dan dukungan untuk berjuang bersama. Sajian kopi Robusta Vietnam paling enak dan termahal di café terbaik pun, tak mampu menggantikan nikmatnya persahabatan yang tak ternodai dengan ambisi.

Maafkan aku para sahabat, bila kemarin begitu idealis dengan ribuan kata-kata yang teruntai di telinga kalian. Bukan maksud mencederai tekad dan perjuangan kalian sebagai pemimpin. Aku tahu, Erickson akan mempunyai karier cemerlang dan mendapat banyak promosi. Sejak kecil, dia terkenal cerdas, pemberani dan mudah beradaptasi. 

Namun bila strategi yang digunakan bermuka dua, memanipulasi data dan bahan proyek untuk keuntungannya dan tim. Bahkan dengan bangga mengungkapkan, sang anak buah dengan senang hati mendukung semua kebijakan.

 Awalnya mungkin berhasil, namun apakah semua anak buah mendukung? Apakah dukungan mereka benar-benar tulus atau hanya bermuka dua karena mendapat keuntungan, namun bila tak mendapat keuntungan, tindakan apa yang akan dilakukan sang anak buah? 

Bukankah, ‘bangkai akan selalu tercium walaupun sudah disembunyikan rapat-rapat?’ Apa jadinya bila sang direksi tahu tindakannya? Aku tak mau sahabatku Erickson kehilangan pekerjaan dan reputasinya hancur, hanya demi kepuasaan sesaat.

                Hal yang juga membuatku meratap, sahabatku James. Sang pegawai pemerintahan dengan jabatan strategis di bidang sosial. Sosoknya dari kecil, sangat pemberani dan tangguh diantara kita bertiga, komunikatif, mudah berbaur dengan orang lain. Sifat itu, membuat dirinya banyak relasi dan kawan. Dengan gaya bicara kocak, namun memikat perhatian banyak atasan juga kolega, ibarat perayu ulunglah.

Banyak perusahaan, lembaga-lembaga, instalansi pemerintah maupun swasta dan publik umum, menjadi donatur serta bersedia bekerjasama membantu masyarakat dalam aksi-aksi sosial. Proposal dan konsep kegiatan patut diacungi jempol, namun dana yang tersalurkan hanya 60 %, sisanya dibagi oleh tim.

James berkeyakinan bahwa mereka sudah memperjuangkan dan memikirkan nasib rakyat yang kurang baik dengan segenap tenaga dan pikiran. “Jadi tak ada yang salah, ini hak kami,” begitu keyakinan dirinya. Aku tak sepakat dengan pemikirannya, itulah yang menyebabkan dia mengira aku sinis terhadapnya. 

              Sebagai pemimpin, ini kesempatan untuk menjadi role model bagi anak buahnya, kesempatan menabur banyak kebaikan bagi sesama. Ini ladang pahala ke sorga bukan malah merampas hak-hak yang teraniaya. Apakah dia tak sadar sedang memesan ticket ke neraka? Tak cukupkah gaji yang di dapat selama ini? 

Aku tak habis pikir dengan tingkah laku James. Yang aku takutkan, berita di TV tentang nasib para koruptor akan menimpa James dan keluarganya. Apapun yang dibangun selama ini adalah kesia-siaan pada akhirnya, aku tak mau James tersesat di jalan ini.

                   Uang, kekayaan, harta, jabatan dan apa yang ada pada kita, bukankah semua titipan Tuhan. Kata-kata itu, seperti note yang tertancap dalam pikiran serta menjadi keyakinanku. Semua adalah fana dan titipan, bisa diambil sewaktu-waktu olehNYA. Lalu, apa yang tersisa bila semua sirna? Hanya ada iman, harapan dan kasih pada sang pencipta.

               Ketika sang Pencipta menjadi tuan dan Tuhan atas diri, maka niscaya seluruh kehidupan berjalan dengan aman dan damai. Ketika belajar, bekerja bahkan melakukan aktivitas sekecil apapun, dengan niat sebagai wujud ibadah, tentu semua jalan akan diridhoi olehNYA. 

               Mungkin aku hanya seorang karyawan biasa, tak ada jabatan, fasilitas dan previlage yang menemani. Namun aku mensyukuri itu. Aku belajar terus berjuang lebih baik, bekerja sepenuh hati, karena bossnya adalah Tuhan. Aku yakin promosi akan datang dan kami akan meraih prestasi bersama tim.

              Saat ini, aku hanya bisa berdoa, sembari mengingatkan para sahabatku walaupun cercaan dan pandangan negative tertuju padaku. Semoga mereka segera waras dari keedanan. Selalu ada pilihan, disetiap tawaran situasi. Aku tak akan membiarkan mereka jatuh sebagai manusia berdosa, karena tawaran surga dunia yang membuat edan. Aku ingin saat kami berlomba, yang menjadi garis finishnya adalah Surga Akhirat.

              Aku sahabatmu yang selalu merindukan kalian, Charles. Si introvert yang pemalu, namun selalu ada menemani dan menjadi pendengar yang baik untuk kalian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun