Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Oase di Tengah Padang Gurun

20 November 2021   15:15 Diperbarui: 20 November 2021   15:18 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : beritasatu.com

Langit tak bersemangat, nampak awan hitam berpadu menari. Hujan seolah menemani serta menjadi saksi, dalam makna kehidupan. Pengalaman apakah yang dipelajari oleh Rama?

Siang itu langit tak bersemangat, mentari seolah bersembunyi di balik awan. Situasi tak menyurutkan Rama untuk menemui sahabatnya di sebuah caf yang berjarak berpuluh-puluh kilometer. Jaket jeans hitam dengan sandal jepit kulit coklat`yang dikenakannya. Kemudian dilajukan motor berwarna biru tua itu. 

Baru beberapa kilometer, hujan turun begitu deras. Rama menepikan motornya, lalu dibuka jok untuk mencari mantel baju celana. Setelah dipakainya, terdengar suara angin berhembus begitu kencang, yang membuat pohon-pohon bergoyang. Tak lama terlihat dahan-dahan jatuh di jalanan, lalu jepretan halilitar serta suara menggelegar.  Sebenarnya Rama mau menerjang hujan, melihat situasi sepertinya cukup mengandung resiko. 

Jalanan di depannya nampak sepi kendaraan. Air mulai berkumpul dan menggenang di got yang meluber ke jalanan.  Bila diteruskan cukup beresiko terhadap keselamatan, juga membuat motor mogok. Rama menunggu hujan bersama pengendara lain, yang berteduh di depan kios yang tutup.

Langit masih bersedih, awan hitam berkumpul, namun hujan mulai gerimis lebat. Rama orang pertama yang duluan melajukan kendaraan, dibanding kawan-kawan yang berteduh. Mantel biru serta helm teropong tertutup rapat, membantunya menerjang deraian air. Tangan serta kaki yang basah, tak menyurutkan semangat untuk terus melaju agar bertemu sahabatnya. 

Dalam perjalanan itu, dia memanjatkan doa, "agar hujan segera reda."  

Dia tetap fokus ke depan, cukup banyak kendaraan yang mulai melaju di depan dan sampingnya. Hujan masih mengguyur sepanjang perjalanan. Ketika di perempatan jalan, motor Rama berhenti karena lampu merah. Tiba-tiba mesinnya mati sehingga harus menepikan kendaraan, agar tak menghalangi kendaraan di belakangnya. Mungkin mesinnya dingin kemasukan air, setelah dicoba dan dilap pada bagian tertentu, akhirnya motor itu nyala kembali. 

Dilajukan motor biru menuju caf tempat mereka janjian. Hingga akhirnya Rama bertemu Ichal, sahabat lama yang berpisah lama namun saling terhubung. Mereka asik ngobrol ditemani kopi Vietnam panas serta beberapa snack.

Hampir dua jam, tak terasa melepas kangen, namun hujan tak kunjung berakhir. Ichal satu jam lagi ditunggu kereta, yang membawanya kembali ke kampung halaman. Ini adalah menit-menit terakhir, setelah beberapa hari tugas di kota yang pernah menjadi tempatnya mengenyam bangku kuliah. Perpisahan mereka disaksikan oleh deraian hujan yang mengguyur. Ichal yang dijemput dengan kendaraan onlinenya sedangkan Rama sibuk mengelap mantel yang basah kena hujan. 

Setelah siap dan memberikan tips kepada petugas parkir,  dilajukan motor berteman air hujan yang turun. Tiba-tiba mata Rama melirik pada spedometer, terlihat  limit bensin pada jarum E (Empaty). Berarti pertanda harus segera mengisi di pom bensin terdekat. Untunglah beberapa kilometer lagi ada SPBU. Dibelokkan motornya, namun ada plangkat bertuliskan "Bensih Habis". Pantas bila Pom itu sepi.

Diputar kendaraannya seraya melanjutkan perjalanan sambil berpikir dimana ada SPBU terdekat. Dia teringat bahwa ada SPBU yang besar arah jalan pulang, namun masih tinggal beberapa kilometer lagi. Hatinya gelisah namun ditenangkan dengan berdoa, "semoga lancar sampai pom bensin". Dia terus berjalan maju sambil mencari jalan melalui kemacetan, makhlum ini akhir pekan. 

Image : m.republika.co.id
Image : m.republika.co.id

Perjuangan tak menghianati hasil, akhirnya sampai juga di SPBU. Terlihat antrian di kanan dan kiri, bukan hanya kendaraan roda dua dan empat saja melainkan roda delapan juga turut mengantri. Di samping itu, terlihat banyak kendaraan parkir di rest area SPBU. Suara klakson mobil di belakang, mengagetkannya untuk tak berada di tengah jalan. Akhirnya diputuskan untuk mengambil antrian sebelah kanan Pertalite.

Rama mengikuti antrian motor di depannya sambil ditemani guyuran air hujan. 

"Lama sekali nggak maju-maju," ucapnya dalam hati.

Pantas ... terlihat hanya satu petugas di tiap counter yang melayani pengisian bensin. Dengan berjibun kendaraan di samping kanan kiri, ketika menengok ke belakang juga sudah cukup panjang yang antri setelahnya. Mungkin benar, pasokan dari pusat telat, makanya semua orang sampai rela antri panjang. 

Dimatikan motornya, sambil tetap duduk diatas jok motor. Di dorong maju sedikit demi sedikit sampai terlihat kurang dua motor di depannya.  Segera dibuka jok sepeda untuk membuka tutup tabung bensin. Kemudian dirogok saku celana untuk mencari uang.

Ketika tiba di depan petugas, Rama berkata, "pertalite pak, full".

Sambil dialihkan tutup tangki bensin ke sampingnya. Tak ada satu kata, keluar dari mulut petugas laki-laki  itu. Terlihat raut muka sangat tegang dan lelah. Namun tangannya masih cekatan menaruh selang dalam tangki, seraya memencet tombol memulai. Air Bensin langsung mengucur dalam tangki Rama. Segera disiapkan uang pembayaran di tangannya.

Setelah tangki terlihat penuh, segera ditutup tangki oleh Rama serta diberikan uang kepada petugas itu. Petugas itu mencari kembalian yang tergenggam di tangan kirinya.

Setelah Rama mendapat kembalian, dia berkata, "terimakasih pak." 

Terdengar jawaban, "sama-sama mas." 

Terlihat wajah lelah yang mencoba tersenyum. Rama seperti melihat dan mendengar, sebuah  jawaban yang tulus ikhlas dari hati yang sedang lelah. Dia membalas dengan senyuman, sambil mengayunkan maju motornya, agar antrian di belakangnya segera mendapatkan pelayanan.

Rama meminggirkan motor, memberesi jok serta membetulkan mantel dan helm. Pikirannya masih kepada petugas laki-laki itu, yang bersemangat melayani masyarakat dalam kebutuhan bahan bakar kendaraan. Rasa lelah dan capek tak menghalangi niatnya untuk memberikan pelayanan terbaik. 

Mungkin dengan kata sederhana "terimakasih" yang diucapkan barusan, dapat memberikan oase ditengah padang gurun. Semoga ucapan itu, juga sebagai wujud penghargaan atas pekerjaan yang mungkin dianggap sederhana, namun sangat membantu untuk memudahkan urusan dan aktivitas. 

Setelah motornya nyala, dilajukan menuju jalan raya yang masih padat merayap. Terdengar suara klakson dan beberapa kendaraan berusaha menyerobot. Memang ketika jalanan macet, disinilah kesabaran dan watak asli terlihat dan diuji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun